fbpx

AMPO : SAJIAN EKSOTIS YANG KIAN TERKIKIS

tanah yang dipadatkan itu adalah adonan tanah untuk dibuat Ampo
tanah yang dipadatkan itu adalah adonan tanah untuk dibuat Ampo

Karangjati ( 20/01/2015 ) Di sebuah rumah yang tidak seberapa luas, seorang pria tampak memadatkan tanah – tanah lempung. Karena uletnya tanah itu sehingga otot – otot lengan pria itu tampak lebih besar dari seharusnya. Pria itu adalah Mas Sukat ( 38 ) dan tanah yang dipadatkan itu adalah adonan tanah untuk dibuat Ampo. Ampo merupakan makanan tradisional yang terbuat dari tanah lempung. Tidak sembarang tanah lempung dapat diolah menjadi Ampo, melainkan tanah lempung berkualitas tinggi. Ciri tanah lempung ini adalah berwarna keemasan dan memiliki keuletan yang pas.

 

 tanah yang dipadatkan itu adalah adonan tanah untuk dibuat Ampo
Adonan tanah sebagai bahan  Ampo

 

Dewasa ini, tidak banyak masyarakat Blora yang mengkonsumsi Ampo. Penikmat utama dari kuliner eksotis ini adalah pecandu Ampo, wanita hamil yang sedang ingin menikmati sajian berasa pahit dan masyarakat lansia yang sedang ingin bernostalgia dengan kuliner kuno ini. Semakin langkanya penyedia sajian ini, tidak membuat harga Ampo semakin mahal. Untuk satu keranjang Ampo ukuran dua puluh lima kilogram, anda hanya perlu membayar sebesar tiga puluh ribu rupiah. Kebanyakan penyedia Ampo tidak menjadikan Ampo sebagai kegiatan usaha yang utama, melainkan sebagai wujud pengabdian mereka dalam melestarikan peninggalan leluhur.

 

Dewasa ini, tidak banyak masyarakat Blora yang mengkonsumsi Ampo. Penikmat utama dari kuliner eksotis ini adalah pecandu Ampo
Proses Pembuatan ampo

 

Ampo, berwarna hitam pekat dengan rasa pahit yang melekat di lidah. Para pembuat Ampi mengiris balok – balok Ampo dengan pisau sehingga menjadi lembaran tipis yang menggulung. Menurut penuturan salah seorang penikmat Ampo, Mbah Ariyat ( 75 ) mengkonsumsi Ampo dapat memperkuat sistem pencernaan. Selain dimakan begitu saja, Ampo dapat digunakan untuk menetralkan rasa pahit pada daun pepaya. Para koki tradisional Blora merebus daun pepaya bersama dengan segenggam ampo untuk mendapatkan rasa daun pepaya yang istimewa.

 

Lembaran – lemabaran yang menggulung kemudian dimasak dengan media uap air yang panas
Proses membuat Lembaran – lemabaran ampo

 

Membuat Ampo dimulai dengan mengumpulkan tanah lempung dengan kualitas yang terbaik, berwarna kuning keemasan dan memiliki kelenturan yang pas. Tanah lempung tersebut kemudian dipadatkan dengan dicampur air tanpa bahan tambahan apapun. Pemadatan tanah lempung yang akan dijadikan Ampo dilakukan dengan memukul dan menarik tanah lempung sehingga benar – banar padat dan mengeras, kemudian dicetak menjadi balok – balok tanah lempung yang siap diiris. Balok tanah lempung diiris sehingga menjadi lembaran – lembaran tanah yang menggulung, dalam mengiris balok – balok tanah lempung usahakan setipis mungkin.

 

Lembaran – lemabaran yang menggulung kemudian dimasak dengan media uap air yang panas
Bahan ampo siap dimasak dengan media uap panas

 

Lembaran – lemabaran yang menggulung kemudian dimasak dengan media uap panas, pengukusan lembaran Ampo dapat memakan waktu saju jam sampai sembilan puluh menit. Untuk menghindari lembaran Ampo bersentuhan dengan air, para pembuatnya menggunakan anyaman bambu, bisa juga menggunakan alat masak tradisional jawa, kukusan.

Mas Sukat tidak membuat Ampo setiap hari, pria ini membuat Ampo ketika mendapatkan pesanan saja. Para pemesan Ampo ini sebagian besar adalah para nelayan – nelayan dari Kabupaten Rembang. Para Nelayan ini menggunakan Ampo sebagai umpan ikan laut. Meurut Mas Sukat, Ampo sebenarnya diproduksi sebagai makanan ikan. Kondisi cuaca dalam satu minggu ini kurang bersahabat, hujan yang sering turun membuat para nelayan enggan mencari ikan. Situasi ini membuat jumlah permintaan Ampo menurun, ke depan ketika cuaca kembali stabil, Mas Sukat berharap permintaan Ampo kebali normal.

Mengkonsumsi Ampo dapat memberi efek menyamankan perut dan membantu melindungi lambung dari virus dan bakteri yang terbawa oleh makanan. Dalam sebuah studi yang diselenggarakan oleh  Universitas Oxford ( peneliti : Peter Abrahams ) di dalam perut, tanah liat mengikat mikroba, bakteri patogen dan virus. Mengkonsumsi Ampo dapat menjadi aktivitas pemberian masker bagi lambung dan usus penikmatnya.

Namun, mengkonsumsi Ampo secara sembarangan akan sangat berbahaya bagi kesehatan Anda. Pembuatan Ampo dengan metode tradisional berpotensi terjadinya kontaminasi ( pencemaran ) bahan dasar Ampo ( tanah lempung ) dengan kotoran hewan dan manusia. Berbagai parasit seperti Cacing Gelang dan Tetanus berpotensi tercampur pada proses pembuatannya. Sekalipun belum ada penelitian tentang dampak berbahaya dari mengkonsumsi Ampo, disarankan untuk tidak mengkonsumsi Ampo secara berlebihan.

Bagi Mas Sukat, Ampo sendiri dalam pembuatan dan konsumsinya memiliki makna filosofi yang mendalam. “ Manusia diciptakan tuhan dari tanah, kelak di akhir hayat pun manusia akan dikuburkan ke tanah. Tanah bukan hanya sebagai tempat berpijak, melainkan juga sebagai obat dan makanan kecil bagi manusia “  jelas satu – satunya penyedia Ampo di desa Karangjati ini.

Kebiasaan mengkonsumsi tanah lempung, tidak hanya dilakukan oleh sebagian warga Blora saja, melainkan juga sebagian dari masyarakat Tuban bahkan di luar Jawa. Para penikmat olahan tanah lempung, dalam bahasa ilmiahnya dinamakan Geophagi ( harfiah : pemakan tanah ).

Tertarik dengan Ampo ? silakan berkunjung ke Karangjati Kecamatan Blora untuk menikmati sajian eksotis yang mulai terkikis ini.

Reporter          : Syaifuddin Arif

Fotografer        : Aliph Bengkong