fbpx
OPINI  

APA MENARIKNYA BLORA DI MATA MAHASISAWA?

dawam blora

dawam blora

Kebupaten Blora adalah sebuah kota kecil dengan keadaan geografis yang lumayan subur. Lumayan, ini memuat berbagai aspek, dari sisi pertanian ada beberapa wilayah yang cocok dijadikan sebagai lahan pertanian yang menghasilkan. Para petani diwilayah tersebut bisa panen sampe tiga kali setahun. Sisi lainnya dalah daerah kapur yang tandus untuk menanam padi namun cocok untuk menanam pohon jati. Wilayah kedua ini adalah wilayah pertanian tadah hujan.

Sebagai daerah yang “lumayan” subur ini Blora sempat menjadi daerah yang terkenal dengan hutan jati. Bahkan sampai mungkin sampai sekarang, meski kenyataannya hanya tinggal sisa-sisa akar jati yang bisa dimanfaatkan dan sangat kecil pohon jati yang bisa ditebang. Itu akibat krisis yang terjadi tahun 1998 yang telah mengubah orang-orang menjadi bringas dan membabat hutan secara membabi buta untuk memenuhi kebutuhan perut belaka. Malah tersiar kabar,  kalau yang menghabiskan hutan bukan hanya orang Blora sendiri,tetapi juga konglomerat zaman itu yang menggunakan berbagai cara untuk mengngkut batang jati yang memang saat itu memili harga fantastis.

Kota kecil dengan kekayaan tak seberapa ini layaknya menjadi sapi perah untuk memenuhi kebutuhan kaum kaya dan bangsawan. Bukan hanya jati yang terekploitasi di Blora, minyak bumi yang dikandung dalam perut bumi Blora juga menjadi rebutan para konglomerat. Pertarungan dan perebutan mereka berimbas pada sulitnya perekonomian masyarakat Blora untuk berkembang. Sampai kemudian wilayah Blok Cepu tempat yang menjadi salahsatu surga dari sumber minyak di Indonesia malah digadaikan kapada swasta asing.

Apa yang tersisa dari kekayaan Blora yang tergolong lumayan ini. Otonomi daerah yang semula dianggap bentuk desentarlisasi pasca reformasi adalah semu belaka. Lihat saja pengelolaan sumberdaya alam blora lebih banyak dikelola pusat dan rakyat Blora sendiri tidak merasakan hasilnya. Masyarakat Blora seperti ayam yang mati kelaparan di dekat lumbung padi, sangat mengenaskan bukan.

Melihat keadaan yang demikian lantas apa yang menarik bagi para mahasiswa kala melihat Blora. Khuussnya untuk para mahasiswa putra daerah Blora yang menempuh pendidikan diluar kota. Ternyata dengan mengambil jarak dari kota kelahiran membuka kesadaran bahwa Blora tak seindah yang ada dalam kenangan masa kecil.

Mereka mahasiswa kelahiran Blora semula berniat pulang setelah kuliah tidak jadi karena memahami keadaan bahwa Blora tidak bisa menjadi pelabuhan untuk menyandarkan harapan. Kabupaten kecil ini seperti tidak mungkin bisa menampung pemikiran dan harapan-harapan besar dari para mahasiswa. Bahkan merek yang menjadi mahasiswa diblora sendiri lebih rela untuk keluar kota untuk mewujudkan mimpi-mimpi besarnya.

Apa yang menarik dari Blora yang dikenal dengan bumi perlawanan karena manjadi tempat kelahiran tokoh-tokoh besar pergerakan seperti Samin Surosentiko, Mas Marco, Tirto Adhi Soewiryo dan Pramoedya Ananta Toer. Sebagai mahasiwa tentu sedikit banyak mamahami sejarah pergerakan yang lahir di Blora, namun kefahaman itu mengantarkan pada anggapan bahwa tokoh-tokoh besar perlawanan kelahiran Blora itu, besar dan tumbuh diluar kabupaten Blora sehingga mereka dapat dikenal secara luas. Sangat sedikit sekali dari para tokoh itu yang besar dan berkembang di Blora sendiri.

Demikian itu mungkin sedikit pikiran yang muncul dari mahasiswa terhadap Blora. Tentu ini tidak semunya demikian, tulisan ini pun tidak bermaksud mewakili para teman-teman mahasiswa. Ini hanya sebagai permulaan dan penggugah awal bagaimana mehasiswa memandang Blora sebenarnya.

Oleh      : Dawamun NA (Mahasiswa Blora saat ini menyelesaikan studi di UIN SUKA Jogjakarta/Mantan Ketua IKPM Jateng Th. 2014-2015)

Foto      :  Bloranews

Sumber : Analisa kritis BDA 2016 ( Blora Dalam Angka 2016 / Bappeda Blora )