fbpx

BELAJAR KITAB KUNING DI PONDOK BEGANJING

BELAJAR KITAB KUNING DI PONDOK BEGANJING
Kyai Imam Muslim (alm) Pendiri Pesantren Al Muslim Beganjing Japah, foto tahun ’70-an.

Japah – Seperti pesantren lain di Nusantara, kajian kitab kuning pun dilakukan di Pesantren Al Muslim Beganjing Japah. Waktu belajar kitab kuning di pesantren ini dimulai dari subuh sampai menjelang tidur. Setiap santri di pondok ini mengaji berdasarkan tingkatan keilmuan. Selain itu di pesantren ini, terdapat pengajian lapanan yang diikuti oleh masyarakat luas.

 

BELAJAR KITAB KUNING DI PONDOK BEGANJING
Kyai Imam Muslim (alm) Pendiri Pesantren Al Muslim Beganjing Japah, foto tahun ’70-an.

 

Muhammad Jamaluddin Malik, Pengasuh Pesantren Al Muslim Beganjing Japah menjelaskan waktu dan kitab kuning yang dikaji di pesantren yang didirikan pada 16 Rabi’ul Awwal 1404 H / 21 Desember 1983 ini.

“Ngaji dimulai setelah Sholat Subuh berjama’ah, kitab kuning yang dikaji berdasarkan tingkatan keilmuan santri. Diantaranya, Kitab Mabadiul Fiqhiyyah, Safinatunnajah, Matan Taqrib, Farhul Qoribul Mujib, dan Fathul Mu’in,” papar Gus Jamal, panggilan akrab Muhammad Jamaluddin Malik.

Ngaji dilanjutkan dengan kelas Madrasah Diniyah. Waktunya, selepas waktu zhuhur dan selesai pukul setengah lima sore. Selepas Maghrib, ngaji dilanjutkan dengan sorogan (santri membaca kitab / menghafalkan di depan kyai) Al Qur’an. Selepas Isya’, kembali para santri Pesantren Al Muslim Beganjing Japah mengikuti kajian kitab kuning Bughyatul Mustarsyidin.

Selain itu, di Pesantren Al Muslim Beganjing Japah terdapat pengajian mingguan, dilakukan tiap Jum’at siang.

“Kajian Jum’at siang itu kajian tasawwuf, diikuti oleh  warga desa sekitar, pria maupun wanita. Kitabnya adalah Adabu Sulukil Murid sampai kitab Al Hikam. Ada juga ngaji lapanan (ngaji setiap selapan / 35 hari sekali), kitabnya Minahussaniyyah dirangkai dengan pembacaan Tahlil umum di makam pendiri pesantren,” pungkas Gus Jamal.

Reporter : Puguh Nurdiansyah