fbpx

GEMBEL POSKO, DARI GEMBEL UNTUK NEGERI

Gembel Posko adalah julukan yang mengacu kepada para anak muda yang bermukim di Gedung NU Blora.

Blora – Bagi komunitas nahdliyyin Blora, sebutan Posko mengacu pada Gedung NU Blora, jalan Alun-alun Selatan nomor 2 Blora. Sejak belasan tahun yang lalu, Posko selalu ditempati anak muda NU yang bertugas menjadi pengurus Banom (Badan Otonom) NU. Di Posko, jiwa kemandirian, solidaritas dan kemampuan berorganisasi kumpulan anak muda ini ditempa habis-habisan.

 

Gembel Posko adalah julukan yang mengacu kepada para anak muda yang bermukim di Gedung NU Blora.

 

Umumnya, para anak muda ini tergabung sebagai pengurus Badan Otonom NU yang kerap melakukan kunjungan ke berbagai kawasan di pelosok Blora, untuk agenda kaderisasi atau pun perekrutan anggota. Dikemudian hari, tidak sedikit dari Gembel Posko ini, sebutan kebanggaan mereka, kemudian menduduki sektor pengambil kebijakan publik, peneliti, dan praktisi profesional di bidang yang ditekuninya.

Sebut saja, Kyai Subhan Masyhuri (Pengasuh Pesantren Sabilurrosyad Mojowetan Banjarejo, Eks Komandan Banser Blora), Dalhar Muhammadun (Peneliti LPAW dan Penulis Buku Tanah Berdarah di Bumi Merdeka), Yunus Bachtiar (Intelektual Muda Blora, Dosen STAI Khozinatul Ulum Blora), Moesafa (Komisioner KPU Blora, Pengurus GP Ansor Pusat), Riyadi (Anggota DPRD Blora, Ketua GP Ansor Blora) dan Mustofa Khoiruddin (Jurnalis Senior Media Cetak di Jawa Barat).

Mereka semua telah menghabiskan waktu bertahun-tahun bermukim di Posko, merasakan beratnya mengelola Banom NU dan menyelenggarakan sejumlah agenda sosial pada saat itu.

Abdul Malik, Sekjen PMII Blora yang sehari-hari bermukim di Posko, menjelaskan Gembel Posko akan tetap ada karena kaderisasi di Banom NU terlaksana dengan rutin. Ia juga memaparkan catatan masa lalu beberapa tokoh yang pernah bermukim di Posko pada masa lalu.

“Gembel Posko akan tetap ada, soalnya tiap Banom melaksanakan kaderisasi secara teratur. Kyai Subhan Masyhuri Mojowetan, dulu pernah menjadi Komandan Banser se- Blora. Kang Madun (Dalhar Muhammadun), dulu pernah menjadi pengurus Ansor dan bermukim di Posko. Kang Safa’ (Moesafa), pernah menjabat sebagai Ketua GP Ansor Blora. Sedangkan Mas Riyadi, dulu pernah menjadi Ketua IPNU Blora dan sekarang menjadi Ketua Ansor Blora nyambi anggota DPRD Blora,” papar Malik, Selasa (19/09).

Menurut Malik, selain harus kuat tirakat, para Gembel Posko secara tidak langsung berlatih menerapkan ilmu-ilmu sosial untuk mempertahankan eksistensi Banom yang ditekuninya. Mau tidak mau, Gembel Posko ditempa kemampuannya dalam beretorika, melakukan analisa sosial, mengaplikasikan rekayasa sosial, memahami isu politik lokal serta pengkajian kebijakan publik.

Hal ini, menurut Malik, membuat sebagian besar Gembel Posko diperhitungkan ketika kembali ke daerah masing-masing.

Reporter : Munib Buloh