fbpx

MENGENAL TETRALOGI PULAU BURU KARYA MAESTRO SASTRA KELAHIRAN BLORA

Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer
Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer telah diterjemahkan dalam 36 bahasa
Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer
Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer telah diterjemahkan dalam 36 bahasa

Blora- Bicara tentang sastra Indonesia tidak akan lepas dari nama Pramoedya Ananta Toer. Sastrawan kelahiran Blora ini menulis karya abadi dalam dunia sastra, Tetralogi Pulau Buru. Walaupun pernah dilarang terbit, Tetralogi Pulau Buru telah mengharumkan sastra Indonesia di kancah internasional. Menurut sejumlah sumber yang ada,Tetralogi Pulau Buru telah diterjemahkan dalam 36 bahasa di dunia.

Tetralogi Pulau Buru ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer dalam pengasingannya di Pulau Buru. Pram diasingkan karena dianggap sebagai simpatisan Partai Komunis Indonesia, vonis pengasingan ini dijatuhkan tanpa proses peradilan. Mulai tahun 1973, Pram menulis karya monumentalnya ini dengan perlengkapan-perlengkapan yang sangat terbatas. Bahkan, para penjaga tahanan Pulau Buru kerap menyita tulisan-tulisan Pram.

Tetralogi Pulau Buru terdiri atas empat novel yang saling berhubungan. Empat novel tersebut adalah Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan, Rumah Kaca. Secara umum keempat novel ini membawa pesan embrio nasionalisme Indonesia pada era awal Kebangkitan Nasional. Tokoh utama dalam Tetralogi ini adalah Minke. Minke merupakan personifikasi dari tokoh pers nasional kelahiran Blora, RM Tirto Adhi Soerjo.

Novel pertama yang diterbitkan adalah Bumi Manusia pada tahun 1980. Pada mulanya, banyak respon positif mengiringi terbitnya novel pertama dari Tetralogi Pulau Buru ini. Bahkan Wakil Presiden Republik Indonesia saat itu, Adam Malik mengapresiasi terbitnya novel bertema nasionalisme tersebut.

Sayangnya, Kejaksaan Agung saat itu berpendapat lain. Novel Bumi Manusia dilarang terbit pada tahun 1981. Kejaksaan Agung beendapat bahwa Novel Bumi Manusia mengandung ajaran Komunisme dan Marxis-Leninisme. Tentu saja, anggapan ini berbeda dengan tema utama Bumi Manusia yang mengedepankan tentang Nasionalisme Indonesia.

Novel-novel Tetralogi Pulau Buru selanjutnya dilarang terbit oleh Kejaksaan Agung beberapa bulan setelah penerbitan pertamanya. Tradisi ini terhapus setelah reformasi terjadi di tanah air. Tetralogi Pulau buru menjadi bacaan wajib bagi para aktivis dan akademisi di tanah air.

Editor  : Sahal Mamur

Foto     : cover Buku Bumi Manusia

*Dari berbagai sumber.