fbpx

SAKSI SEJARAH BERDIRINYA NU BLORA HADIRI PERINGATAN HARI SANTRI NASIONAL DI GEDUNG NU BLORA

Kyai Ngadnan Jiken (memegang mikrofon) menyaksikan pengesahan NU Blora di Kidangan Kelurahan Jepon sekitar tahun 1927.

Blora –  Lakpesdam (Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia) NU Blora menggelar sarasehan dalam rangka peringatan Hari Santri Nasional 2017 di Blora. Sarasehan ini bertajuk Sejarah Tutur Berdirinya NU Kabupaten Blora, Kamis (19/10) malam. Dalam sarasehan ini, hadir salah satu saksi mata pengesahan NU Blora sekitar tahun  1927.

Mbah Ngadnan (101), menceritakan ketika ia bersama orang tuanya yang merupakan kyai Jiken, menghadiri peresmian NU di kediaman Kyai Ma’sum Syamsudin Kidangan Desa Jepon.

 

Kyai Ngadnan Jiken (memegang mikrofon) menyaksikan pengesahan NU Blora di Kidangan Kelurahan Jepon sekitar tahun 1927.

 

“Seingat saya, saya itu baru saja khitan, sampeyan kira-kira sendiri. Saya diajak bapak saya menghadiri peresmian NU di rumahnya mbah Ma’sum (Kidangan),” jelas Mbah Ngadnan mengawali ceritanya.

Mbah Ngadnan melanjutkan, beberapa nama pendiri NU Blora yang masih diingatnya adalah Kyai Ma’sum Syamsudin (Ketua), Kyai Tamsir Semampir (Bendahara), Kyai Abdullah Kemiri (Sekretaris), Kyai Muntaha Tempellemahbang, Kyai Fathoni Bogorejo, Kyai Mukhtar Shodiq dan Kyai Masriy.

Setelah menyampaikan semua yang diingatnya, Mbah Ngadnan berpesan agar pembicara selanjutnya agar hanya mengatakan yang diketahui .

Ojo geman bohong, nek wis ra iso ngomong ra iso. Jangan berdusta, ceritakan yang diketahui saja,” pesannya.

Pembicara selanjutnya adalah Kyai Zainuddin Tempellemahbang, cucu Kyai Muntaha Tempellemahbang. Kyai Muntaha, menurut kajian terakhir, diduga merupakan Rois Syuriah NU Blora periode pertama.

“Salah satu alasan kenapa Kyai Maksum Kidangan menjadi Ketua Tanfidziyah NU di jaman itu, karena beliau itu tinggi besar, cocok sebagai pimpinan. Selain itu, karena rumahnya ada di pinggir jalan raya, sederhana saja. Itu dari cerita kakek saya,” terang Kyai Zainuddin.

Secara keseluruhan, ada sembilan pembicara dalam sarasehan tersebut. Para pembicara memiliki latar belakang yang beragam mulai dari saksi sejarah, keluarga pendiri NU, keluarga mursyid thoriqoh yang banyak dianut pada jaman itu, kader dari tokoh NU di jaman itu, peneliti, dan akademisi.

Hadir dalam sarasehan tersebut, Rois Syuriah NU Blora KH Ma’sum Fathoni, Ketua NU Blora KH Aunurrofiq. Ketua Lakpesdam NU Blora Moesafa menjadi moderator dalam agenda itu.

“Setelah ini akan kita tindaklanjuti, pertama membentuk tim untuk mengumpulkan dokumen sejarah NU kemudian mewujudkannya dalam karya tulis,” simpul Moesafa selepas sarasehan.

Reporter : Abdul Malik