fbpx

WADUK JURANGJERO BOGOREJO : TITAH ISTANA DEMI KEMAKMURAN PETANI

Bendungan jurang jero
Bendungan Jurang jero, salah satu penampung air pendukung sektor pertanian.

Nglengkir ( 08/03/2016 ) Para petani di Kabupaten Blora umumnya mengandalkan turunnya hujan untuk pengairan sawah dan lahan pertanian lainnya. Sehingga, dalam kondisi biasa petani di Blora hanya dapat menanam padi saat musim penghujan antara bulan sampai dengan bulan april setiap tahunnya. Di bulan – bulan selain itu, para petani Blora akan menanam tanaman selain padi atau membiarkan lahannya tidak ditanami atau dalam bahasa orang Blora dinamakan bero.

Pada tahun 2015 yang lalu terjadi kemarau panjang yang menyengsarakan petani, tidak hanya di Blora tetapi di delapan provinsi di tanah air. Provinsi yang mengalami  kekeringan tersebut adalah Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, Jawa Barat, Gorontalo dan Sulawesi Tenggara. Keprihatinan terhadap dampak kekeringan terhadap pertanian membuat pengambil kebijakan di semua lini merencanakan langkah – langkah pencegahan dampak bencana kekeringan di masa mendatang.

Di Blora salah satu langkah pemerintah untuk menghadapi bencana kekeringan adalah membuat penampung – penampung air raksasa ( waduk / embung ). Embung Jurangjero adalah salah satu waduk di Kabupaten Blora yang menjadi harapan para petani di Kecamatan Bogorejo untuk menghadapi musim kering di masa mendatang.

 

 

Bendungan jurang jero
Bendungan Jurangjero dilihat dari Puncak Krekep

 

Embung Jurangjero terletak di antara dua desa di Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora, desa Nglengkir dan desa Jurangjero. Dibangun di atas lahan seluas 5,2 Hektar yang dikelilingi hutan jati. Lahan pembangunan Embung Jurangjero tersebut merupakan lahan milik 19 pemilik lahan dari  dua desa tersebut, 12 pemilik lahan dari desa Jurangjero dan 7 pemilik lahan dari desa Nglengkir. Besar biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk pembangunan Embung Jurangjero adalah hampir empat belas milyar rupiah ( Rp. 13.649.364.000 ) . Dana ini merupakan dana APBN Murni tahun anggaran 2015. Pelaksanaan proyek Embung Jurangjero ini adalah Pemerintah Pusat ( Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana ).

Bendungan jurang jero
Panorama embung Jurangjero dengan latar bekang Perbukitan

 

Bloranews.com mengunjungi lokasi pembangunan Embung Jurangjero dengan ditemani dua pemuda desa setempat kemarin ( 07/03/2016 ). Perjalanan menuju Embung Jurangjero dilakukan dari desa Nglengkir selama satu jam dengan kendaraan roda dua. Jalan menuju Embung Jurangjero masih berupa jalan tanah yang cukup menyulitkan pengendara roda dua, apalagi dengan kondisi musim penghujan.

 

Jalan menuju Bendungan Jurangjero melalui puncak krekep
Lintasan menuju Embung Jurangjero dari Nglengkir

 

Pak Kirno ( 38 ) warga dusun Ketringan desa Nglengkir memperingatkan bahwa kondisi jalan tersebut cukup membahayakan. “ Hati – hati mas kalau mau ke bendungan, jalannya embet ( licin ) “ ujarnya. Pak Kirno adalah salah seorang petani yang menggarap lahan pertanian di sekitar Embung Jurangjero. Musim ini, Pak Kirno menanam jagung, kepada para pengunjung bendungan beliau mempersilakan untuk menikmati jagung bakar yang dipetik dilahannya. “ Monggo, kalau pengin bakar – bakar jagung mas, ambil secukupnya “ ujar pak Kirno ramah.

 

latihan panjat tebing
Puncak Krekep Desa Nglengkir

 

Embung Jurangjero selain merupakan penyangga air pertanian bagi masyarakat petani di Kecamatan Bogorejo, juga berpotensi menjadi salah satu wahana rekreasi di Kabupaten Blora. Letaknya yang berada diantara perbukitan Kecamatan Bogorejo dekat dengan Puncak Krekep dan Goa Tirta, membuat Embung ini menjadi salah satu destinasi yang sayang untuk dilewatkan.

 

pertanian bogorejo dan potensinya
Lahan pertanian diantara Puncak Krekep dan Embung Jurangjero

 

Iwan ( 18 ) salah satu pemuda desa Nglengkir yang menemani Bloranews.com menuju Embung Jurangjero menyarankan waktu – waktu istimewa untuk mengunjungi tempat tersebut. “ Sekalipun belum dapat digunakan untuk mengairi sawah, tapi air yang tersedia di Embung Jurangjero sudah cukup banyak. Di pagi dan sore hari air embung ini tampak sangat indah, apalagi latar belakang panorama waduk ini adalah perbukitan dengan hutan yang menghijau, sangat memanjakan mata. “ Ujarnya bangga. Belum selesai dibangun, bukan berarti warga Kabupaten Blora tidak dapat mengunjungi Embung Jurangjero. Keramahan masyarakat sekitar embung dan panorama yang memukau menjadi daya tarik para pengunjung untuk berlama – lama menikmati rekreasi di Waduk Raksasa Blora ini.

Istana telah bertitah bahwa ketahanan pangan merupakan salah satu pilar kemakmuran rakyat. Keberadaan Embung Jurangjero merupakan pilar penyangga pengairan pertanian rakyat demi tercapainya ketahanan pangan di Kabupaten Blora.