fbpx

14 PERSEN RAKYAT SURINAME KETURUNAN JAWA, WACANA KERJA SAMA MENGUAT

14 PERSEN RAKYAT SURINAME KETURUNAN JAWA
Dubes RI untuk Suriname dan Republik Guyana, Julang Pujianto bersama Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo.

Semarang- Wacana kerja sama Indonesia-Suriname semakin menguat. Pasalnya, sebanyak 14 persen penduduk Suriname masih berdarah Jawa. Selain kesamaan etnis, kesamaan sumber daya alam juga menjadi pertimbangan dalam wacana ini.

Penjajakan kerja sama dilakukan oleh Duta Besar RI untuk Suriname dan Republik Guyana, Julang Pujianto, yang berkunjung ke rumah dinas Gubernur Jateng hari ini. Julang mengatakan, di negara yang berada di Amerika Selatan ini banyak keturunan Jawa yang menetap dan menduduki pos-pos strategis.

 

14 PERSEN RAKYAT SURINAME KETURUNAN JAWA
Dubes RI untuk Suriname dan Republik Guyana, Julang Pujianto bersama Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo.

 

“Peluangnya sangat besar, bisa meningkatkan hubungan antara Indonesia dan Suriname lebih berkembang dan maju. Karena 14 persen penduduk Suriname keturunan Indonesia, Jawa Tengah khususnya,” ucap Julang seperti dikutip Muria News, Selasa (12/02).

Peluang kerja sama yang akan dibangun, meliputi sektor capacity building SDM di bidang furnitur, dan pariwisata. Untuk sektor furniture, potensinya juga sangat besar karena 80 persen wilayah Suriname masih berupa hutan. Sementara mereka kekurangan tenaga ahli di bidang pengolahan kayu.

Lebih lanjut Julang menambahkan, ada pula sektor pariwisata yang dapat dikembangkan. KBRI Republik Suriname memiliki program Family Pilgrim Trip, yakni program wisata dari Suriname ke Indonesia, khususnya untuk mengingat atau mengunjungi kembali keluarga atau leluhur mereka.

“Memang ini tidak mudah karena harus melacak. Tapi teknologi program itu kita upayakan. Ini sudah ada setiap tahun sekali yang diorganisir oleh KBRI Paramaribo,” imbuhnya.

Sementara itu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan potensi Suriname cukup besar untuk jalinan kerja sama. Namun, jika dilihat dari jarak, perlu strategi khusus agar jalinan tersebut tidak membuat rugi Indonesia, khususnya Jateng.

Ganjar menambahkan, akan lebih efektif jika pihaknya mengirim tenaga-tenaga ahli agar melatih tenaga kerja di sana. Dirinya mencontohkan fenomena di Jepara,  ahli ukir sangat melimpah, sementara serbuan industri membuat mereka harus banting stir lantaran kerja di pabrik lebih menjanjikan. (mus)