fbpx

25 TAHUN LEBIH MERAWAT JENAZAH, CERITA HARU AISYIYAH MOJOREMBUN

Kelompok perawatan jenazah Al Maghfiroh binaan Jamaah Aisyiyah Mojorembun Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora
Kelompok perawatan jenazah Al Maghfiroh binaan Jamaah Aisyiyah Mojorembun Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora

Kradenan- Perjuangan sosial kaum ibu ‘Aisyiyah di Desa Mojorembun Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora, ternyata menyimpan berbagai cerita yang mengharukan. Salah satunya, mereka merintis kelompok perawatan jenazah yang telah berdiri sejak Tahun 1993 bernama kelompok Al Maghfiroh.

Desa Mojorembun yang terletak cukup jauh dari perkotaan membuat warga setempat sering mengalami kesulitan untuk mendapatkan perlengkapan merawat jenazah seperti kain kafan, keranda, wewangian dan berbagai perlengkapan lain.

“Berangkat dari kondisi tersebut, kami, ibu-ibu Aisyiyah merintis kelompok ini. Kami menyediakan dan membantu semua perlengkapan jenazah dari alat-alat memandikan hingga alat-alat menguburkan,” jelas Ketua Kelompok Al Maghfiroh, Siti Munawaroh, Selasa (08/01).

 

Kelompok perawatan jenazah Al Maghfiroh binaan Jamaah Aisyiyah Mojorembun Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora
Kelompok perawatan jenazah Al Maghfiroh binaan Jamaah Aisyiyah Mojorembun Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora

 

Lebih lanjut, Siti Munawaroh menuturkan, kelompok ini tidak membeda-bedakan status jenazah. Waktu terus berlalu, dan peralatan untuk merawat jenazah pun mulai usang. Kebutuhan alat perawatan jenazah baru pun makin mendesak.

“Kami ingin memiliki peralatan perawatan jenazah yang lebih bagus dan modern. Khususnya keranda dan alat memandikan, kami ingin peralatan yang bagus agar perawatan jenazah lebih nyaman,” imbuhnya.

Berbagai pengalaman mengharukan pun dialami para anggota kelompok ini. Meski berat, dan penuh pengorbanan, mereka melakukan perawatan jenazah dengan besar hati dan penuh dedikasi.

“Pernah suatu kali ada jenazah kakek-kakek tua, yang miskin dan tak punya anak, tak ada sama sekali yang mau mengusung jenazahnya ke pemakaman, akhirnya saya gerakkan,” ucap salah satu anggota Tim Putra kelompok Al Maghfiroh, Wawan.

Pengalaman senada juga disampaikan Rofiq, rekan Wawan. Dirinya mengaku pernah merawat jenazah korban bunuh diri. Warga setempat banyak yang menghindar, lantaran bunuh diri dianggap sebagai perbuatan tercela.

“Suatu hari ada jenazah yang wafat karena bunuh diri, banyak masyarakat yang melihat dari jauh. Akhirnya kami turun tangan bersama Pak Modin. Banyak  pengalaman menarik yang kami rasakan,” kenangnya.

Rofiq menambahkan, kelompok perawatan jenazah ini dengan senang hati akan merawat jenazah yang kondisinya luka parah, karena penyakit gula misalnya. Jika tak ada anggota keluarga yang bersedia memandikan, tim ini akan memandikan jenazah tersebut.

Tak hanya itu, jika warga di desa sebelah kekurangan kain kafan. Warga desa tersebut dapat menghubungi kelompok ini untuk mendapatkan kain kafan, atau perlengkapan perawatan jenazah lainnya.

“Tim ini siap menyediakan berbagai perlengkapan jenazah 24 jam, bahkan jika tengah malam, kami siap,” pungkasnya. (jc)