fbpx

BELAJAR RENDAH HATI DARI EYANG JATI KUSUMO

petilasan enyang jatikusumo semanggi, jepon,blora
petilasan enyang jatikusumo semanggi, jepon,blora

SEMANGGI, JEPON ( 14 / 11 / 2015 )  Sejarah para bupati Blora di mulai di desa ini, desa Semanggi, Kecamatan Jepon Kabupaten Blora. Berabad – abad silam, sejak kepemimpinan Kanjeng Adipati Wilatikta sampai saat ini, Petilasan Eyang Jati Kusumo menjadi petilasan yang wajib diziarahi oleh orang nomor satu di kota Sate ini. Dipercaya sebagai babad alas ( pendiri ) desa Semanggi, Eyang Jati Kusumo mengajarkan kepada para pewarisnya, warga Kabupaten Blora untuk selalu rendah hati. Menjaga lisan serta meninggalkan perasaan lebih dari manusia yang lain.

 

petilasan enyang jati kusumo semanggi,jepon,blora
Petilasan enyang jati kusumo semanggi,jepon,blora pic: Bloranews.com

Nasehat warisan Eyang Jati Kusumo itu, dituturkan oleh Giyar (70), Sang Juru Kunci Petilasan sebagai berikut, “Aja bisa rumangsa, rumangsaa yen wis bisa“ ( Jangan merasa paling bisa, tetapi sadar dirilah jika telah bisa), “Aja waton omong, Ngomongo yen wis waton” (Jangan asal bicara, berbicaralah saat tepat kondisi dan faedahnya) “Aja adigang, adigung, adiguna” ( Jangan menonjolkan garis keturunan, tingginya pangkat, atau banyaknya harta benda).  Sikap sederhana Eyang Jati Kusumo ini tercermin dari kesederhanaan petilasannya. Tidak tampak benda – benda mewah di dalamnya. Punden Eyang Jati Kusumo hanya berupa gundukan tanah yang terlindung dengan bangunan kayu tanpa dinding yang sederhana.

 

petilasan enyang jatikusumo semanggi, jepon,blora
Petilasan enyang jatikusumo semanggi, jepon,blora pic: Bloranews.com

Kerapian kompleks Petilasan Eyang Jati Kusumo ini selalu terawat dengan baik, setiap pagi Mbah Giyar selalu membersihkan daun – daun yang berguguran di petilasan itu. Petilasan Eyang Jati terlindungi oleh pepohonan yang tinggi menjulang. Pohon – pohon Klumpit dan pohon Salam menyambut ramah para peziarah petilasan. Di bawah pepohonan tua tersebut diletakkan gentong – gentong guna memberi minum para peziarah. Banyak peziarah membawa air adalam gentong – gentong tersebut sebagai kenang – kenangan, banyak juga yang mempercayai air dari Petilasan Eyang Jati Kusumo ini memiliki karomah  tertentu.

petilasan enyang jatikusumo semanggi, jepon,blora
petilasan enyang jatikusumo semanggi, jepon,blora pic: Bloranews.com

 

Di luar area petilasan, terdapat tiga dapur sederhana yang biasa digunakan oleh para peziarah. Para peziarah yang memiliki uni / kaul memasak bahan makanan di tempat ini. Mbah Giyar menuturkan bahwa para peziarah di petilasan ini selain berkunjung untuk nmenenangkan pikiran dan menyepi, juga banyak yang datang untuk tujuan – tujuan yang beragam. Ada peziarah yang datang dengan kondisi sakit, dalam ziarahnya peziarah ini berdoa kepada tuhan agar disembuhkan sakitnya. Ada pula peziarah yang sedang mengikuti seleksi pegawai negeri, di petilasan ini berdoa kepada tuhan agar diberi kemudahan dalam proses seleksi. Ketika hajat para peziarah ini tercapai, mereka kembali ke Petilasan Eyang Jati Kusumo untuk memenuhi uni atau kaul mereka. Namun sebagian besar peziarah, Menurut Mbah Giyar, datang untuk menenangkan diri. Mengheningkan cipta untuk mendekatkan diri kepada Sang Maha Kuasa.

petilasan enyang jatikusumo semanggi, jepon,blora
petilasan enyang jatikusumo semanggi, jepon,blora pic: Bloranews.com

JIka anda hendak mengunjungi Petilasan Eyang Jati Kusumo ini, disarankan untuk datang pada hari Jum’at wage pada bulan Sura. Selain hari itu banyak peziarah yang mengunjungi Petilasan Eyang Jati Kusumo pada hari senin pon bulan Apit menurut kalender jawa.

Senin pon bulan Apit dipercaya sebagai hari tiron ( Kelahiran ) istri Eyang Jati Kusumo. Guna memperingatinya, masyarakat desa Semanggi menyelenggarakan Tayub.

Pada hari – hari biasa, Petilasan Eyang Jati Kusumo tetap melingkupi peziarah dengan suasana yang sakral dan berwibawa. Seolah menggambarkan pribadi Eyang Jati Kusumo, Sang leluhur warga Kabupaten Blora dari desa Semanggi.

Kontributor : Amin Mahrus Saifudin

Fotografer  : Alief Bengkong