fbpx

ADA TRADISI PERANG NASI DI MANGANAN DESA JIKEN BLORA

ADA TRADISI PERANG NASI DI MANGANAN DESA JIKEN BLORA
Tradisi Perang nasi di Manganan desa Jiken.

Blora – Tradisi manganan atau Gas deso sudah cukup tenar dikalangan warga masyarakat di wilayah desa di Kabupaten Blora. Bagi mereka yang tinggal di daerah ini, masih kental memegang teguh tradisi dan budayanya.

Manganan sendiri dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil bumi selama setahun yang diberikan oleh Tuhan. Sehingga tradisi ini, oleh masyarakat selalu dilestarikan. Selain itu, untuk mengingatkan pada generasi penerus, akan pentingnya menjaga tradisi para pendahulu.

Seperi halnya, kemeriahan ketika warga Desa Jiken, Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora melakukan aksi perang nasi bungkus dalam acara sedekah bumi.

Tradisi unik ini dilakukan di bawah pohon Trembesi atau populer dengan sebutan pohon Meh setelah mbah modin atau sesepuh desa membacakan doa. Mereka saling lempar untuk mencurahkan kebahagiaan atas nikmat kepada Tuhan.

“Tradisi sedekah bumi ada istilahnya manganan. Habis didoakan mbah modin, barulah perang nasi. Katanya ngalap berkah,” jelas salah seorang warga setempat, Syifaun Niam, Minggu (05/03).

Tradisi ini diselenggarakan setahun sekali dengan oleh warga setempat.

“Sekarang tempatnya beda. Dulu di tempatnya pak kamituwo (kepala Dusun), mulai tahun ini ditempatkan di lapangan, di bawah pohon meh itu,” terangnya.

Kasi urusan agama Munib memaparkan, aksi itu dilakukan dengan suka cita, tidak dengan kemarahan. Hal itu dilakukan bukan untuk menyia-nyiakan nasi yang diperoleh dari panen. Tapi untuk meneruskan tradisi yang telah berlangsung sejak lama, yang dilakukan sekali dalam setahun.

”Niatnya tidak bertengkar. Niatnya memang senang. Tradisi ini sudah berlangsung sangat lama, sudah ada sejak saya belum lahir,” jelas Mbah Munib.

Warga saling lempar untuk mencurahkan kebahagiaan dan syukur atas nikmat yang telah didapatkan warga desa. Kata Munib, ini sebagai tanda syukur bahwa bumi yang ditempati masih memberikan berkah, masih memberikan tanaman yang subur, juga masih memberikan ketenangan.

”Ampun salah pengertian (Jangan salah memahami, Red) bahwa kita memuja pohon, ampun nggih. Meskipun kita berdoanya di bawah pohon, yang penting kita tetap nyuwun Gusti Allah,” jelas Munib saat memimpin perayaan,

Warga telah mempersiapkan nasi yang telah dibungkus dengan daun jati untuk dibawa dan dikumpulkan jadi satu lokasi perayaan.

Tidak ada ketentuan khusus saat membawa nasi bungkus, masyarakat bisa menyajikan dengan berbagai lauk sesuai kemampuannya.

Selain untuk dibagikan kepada warga, sebagian nasi juga dilempar kesesama warga yang mengikuti tradisi tersebut.

Masyarakat yang hadir tampak khidmat mengikutinya. Sejumlah agenda hiburan juga turut  ditampilkan untuk menghibur masyarakat. (dj)