fbpx

5 FAKTA PERISTIWA ERA PERJUANGAN KEMERDEKAAN DI BLORA

Berbagai peristiwa era perjuangan kemerdekaan di Kabupaten Blora

Berbagai peristiwa era perjuangan kemerdekaan di Kabupaten Blora

Blora- Perjuangan kemerdekaan yang terjadi di Blora sangat menarik untuk dikaji. Beberapa catatan, dokumentasi dan kesaksian menunjukkan bahwa pada era tersebut, rakyat Blora memiliki andil besar dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Berikut ini lima peristiwa besar era pejuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan di Kabupaten Blora.

  1. Mr. Iskandar diangkat menjadi Bupati Blora

Mr. Iskandar adalah Presiden Landraad (Pengadilan Negeri pada jaman pemerintah kolonial) Blora. Pada masa kemerdekaan, tepatnya di tahun 1945 Mr. Iskandar diangkat menjadi Bupati Blora menggantikan RM Soedjana. RM Soedjana menjadi Bupati Blora pada tahun 1942 sampai dengan 1945. Mr. Iskandar memimpin selama tiga tahun, pada 1948 Bupati Blora ini diculik dan dibunuh dalam peristiwa Affair Madiun.

  1. Stasiun Kereta Api Blora diambil alih Pemerintah Republik Indonesia

Sebagai salah satu sarana transportasi rakyat dan fasilitas perjuangan kemerdekaan, Stasiun Kereta Api Blora memiliki peran yang sangat penting. Stasiun ini dibangun pada tahun 1894 oleh Semarang-Joana Stoomtram Maatschappij. Pada mulanya hanya ada satu jalur yaitu Cepu – Blora – Wirosari. Pada tahun 1904, dibangun jalur Blora-Rembang oleh pemerintah kolonial. Pada 1945, Stasiun ini diambil alih Pemerintah Republik Indonesia dan diserahkan kepada Djawatan Kereta Api RI. Sampai tahun 1987 stasiun ini masih beroperasi dengan baik.

  1. Daerah Perminyakan Cepu diambil alih Pemerintah Republik Indonesia

Ladang minyak Cepu diambil alih Pemerintah Republik Indonesia pada pertengahan akhir 1945. Bersama denga dua ladang minyak yang lain, Sumatra (dikelola oleh PTMNRI), Jambi dan Sumsel (dikelola oleh PERMI) dan Cepu (dikelola oleh PTMNI) menjadi lumbung minyak rakyat selama masa perjuangan.

Pemerintah Republik Indonesia menyampaikan terima kasih kepada PTMNI Cepu karena telah mengamankan kebutuhan bahan bakar minyak di Jawa, pernyataan ini disampaikan pada perundingan Kaliurang – Yogyakarta oleh perwakilan pemerintah. Dasar pengambil-alihan ladang minyak ini adalah Maklumat Menteri Kemakmuran pada awal kemerdekaan, Ir. Soerachman Tjokroadisoerjo.

  1. Pramoedya Ananta Toer mengikuti Pelatihan TKR

Pramoedya Ananta Toer merupakan salah satu tokoh literasi kelahiran Blora, disamping Tirto Adhi Soerjo dan Mas Marco Kartodikromo. Tahun 1946 Pramoedya bersama pemuda-pemuda Indonesia mengikuti pelatihan militer yang dilaksanakan oleh TKR. Pangkat terakhir yang disandangnya adalah Letnan Dua dan bertugas di Cikampek, Jawa Barat. Kenyataan ini membuktikan bahwa Pramoedya, selain sebagai penulis yang hebat juga merupakan pejuang kemerdekaan yang tangguh.

  1. Divisi V Ronggolawe mengamankan Blora dari pendudukan tentara musuh

Divisi V Ronggolawe adalah unit pasukan Tentara Rakyat Indonesia (TRI) untuk mengamankan wilayah Bojonegoro, Blora dan Pati. Pemimpin Divisi V Ronggolawe adalah Letnan Jendral GPH Djatikoesoemo. Tahun 1946-1948 kerap terjadi serangan dari tentara NICA (tentara Belanda yang masuk dalam komando pasukan sekutu) untuk menduduki Cepu. Setelah perang, dibangunlah monumen kuda di pusat kota Cepu untuk mengenang Divisi ini.

Editor  : Tim Litbang Bloranews.com Dari berbagai sumber

Foto     : Tim Grafis Bloranews.com 

 

BACA JUGA :

FAKTA BLORA : 5 JULUKAN KABUPATEN BLORA