fbpx

CEPU BACA BUKU GELAR BEDAH BUKU “PEREMPUAN YANG MENGAWALI SENYUMAN”

Komunitas Cepu Baca Buku (CBB) bekerjasama dengan Hysteria Semarang menggelar bedah buku berjudul "Perempuan Yang Mengawali Senyuman" karya Sutiyono Sajad asal Desa Pelemsengir, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora.
Bedah buku "Perempuan Yang Mengawali Senyuman".

Cepu, BLORANEWS – Komunitas Cepu Baca Buku (CBB) bekerjasama dengan Hysteria Semarang menggelar bedah buku berjudul “Perempuan Yang Mengawali Senyuman” karya Sutiyono Sajad asal Desa Pelemsengir, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora.

Buku tersebut merupakan kumpulan beberapa cerpen yang di bedah di Deulleuda Coffe Space And Chill, Jl Britama, Sidomulyo, Kecamatan Cepu, Blora, Minggu (10/7) malam. Bedah buku ini merupakan bedah buku kedua setelah pertama kali dibedah di Rumah Baca Telaga di Todanan beberapa waktu silam.

Sebagai pembedah, Janoary M. Wibowo melihat kegiatan ini sangat bisa menjadi awal yang baik dalam kajian berliterasi. Ia menilai sebuah ide semestinya dapat dituangkan dalam sebuah karya, salah satunya dalam bentuk buku.

“Ini adalah pengalaman pertama saya membedah buku di Cepu, yang sebelumnya membedah buku di Jogja dan kota-kota lain. Menurut saya, melihat animo di Cepu seperti ini memang sangat menyenangkan. Harapannya bisa memunculkan komunitas-komunitas yang seperti ini,” ungkapnya.

Tampak beberapa audien mengikuti alur bedah buku. Audien tak hanya dari lokal namun ada juga dari luar kota seperti Tegal, Bojonegoro dan Semarang. Salah satunya ialah Siti Nooraisyah dari Bojonegoro yang nekat menghadiri acara. Selain menambah relasi dan mengenal komunitas, ia juga menemukan banyak perspektif dalam dunia kepenulisan.

“Menurut saya ada dua sisi yang disampaikan penulis, yaitu sebelum ia (penulis, red) menjadi ASN (Aparatur Sipil Negara) dan saat menjadi ASN. Kalau sebelumnya, karya penulis lebih autentik dan jujur, namun ketika menjadi ASN ini karyanya lebih pada problematika yang dihadapi, tentu ini tetap karya empiris,” ujar Agus dari Komunitas Sastra Sematta Bojonegoro.

Penulis, Sutiyono Sajad mengatakan, karyanya dianggap sebagai anak imajinasinya. Dia mencoba memperkenalkan anak imajinasinya kepada khalayak, sehingga bisa dinikmati oleh banyak kalangan.

“Inti dari buku saya, kehidupan kan banyak cerita, kadang ada letupan yang menggelitik. Dan saya kira ini menarik, ketika saya menulis tentu melalui proses kreativitas kehidupan yang saya lalui. Selain itu, dalam buku saya ini juga melalui proses penelitian. Empiris lah,” terangnya.

Dirinya berharap adanya komunitas-komunitas lain juga ikut serta berperan aktif dalam mewujudkan Blora Kota Sastra. Seperti Komunitas Cepu Baca Buku yang bergerak sejak tahun 2017. Jejaring antar komunitas diharapkan lebih inten.

“Komunitas-komunitas yang ada di Blora mungkin belum terpetakan secara baik, mungkin berjalan tapi bersifat sporadis. Kita ingin berjejaring komunitas agar bisa lebih terpola dan terkonsep. Tiap komunitas bisa kumpul bersama, menumbuhkan jejaring komunitas dan mewujudkan Blora Kota Sastra yang sesungguhnya,” tandasnya. (Jam).