fbpx
OPINI  

DEG DEG PYOH….

Dalhar Muhammadun
Dalhar Muhammadun
Entah sekedar sugesti, atau kemujaraban “hazanah peradaban tak benda” itu sedang bereaksi, semua berjalan normal, lancar dan sesrawungan kami menjadi pengalaman yang menyenangkan. Apa pentingnya salah ucap jika pintu maaf sudah dibukakan. Siapa takut salah langkah ketika penunjuk jalan selalu mendampingi.
Deg-deg pyoh kedua ketika berhadapan dengan kejujuran mereka dalam berbahasa. Sebagai penyelenggara TASS, kami datangi sebanyak mungkin sesepuh Sedulur Sikep, baik yang ada di Blora maupun di kabupaten-kabupaten tetangga. Kepada beliau-beliau kami ceritakan rencana, maksud dan tujuan diselenggarakannya TASS. Semua menyambut baik dan berterima kasih atas rencana itu. Karena kerukunan dan paseduluran adalah perkara utama bagi mereka. “Njaga paseduluran kui abot, mulo kudu ana sing ngalahi rekasa,” begitu tanggapan di antara mereka. Tersirat sebuah penghargaan kepada kami yang bertandang ke rumahnya, memulai dengan meluangkan waktu dan pikiran. 

 

Yang lain menambahkan, “Supaya ngerti kudu srawung, yen ora gelem srawung, piye carane ngerti.” 
Tapi setiba waktu kami minta kehadirannya? “Aku urung iso njanjeni, mergo iku urung kelakon.” Pyohh… sejujurnya jawaban seperti itu tak kami harapkan. Kami akan lega andai dijawab, “yo… aku iso teko,” atau “asyiyaappp…”, bahkan jika saya sendiri yang mendapat undangan semacam itu, dengan segera akan saya jawab “InsyaAllah…” 
Tentu kami tidak boleh egois, mendesak jawaban pasti dari mereka agar capaian rencana kegiatan kami menjadi terukur.
Di saat yang beda kembali saya bertanya tentang kehadiran sedulur-sedulur yang lain. Kali ini melalui WhatsApp, karena sebagian di antara mereka sudah memanfaatkannya sebagai kebutuhan yang tak terhindarkan, “Sugeng dalu Mas, nyuwun kabar, dulur-dulur sampun rembugan soal rencana Temu Ageng?”
Beberapa jam kemudian datang jawaban, “Wis tak sampekne… wangsulane karohane, yen wis cedak tak kabari meneh…” 
Bahkan di malam hari H, kembali saya mengkonfirmasi kehadiran peserta ; “Sugeng dalu Mas, bade nyuwun pirso, engkang bade rawuh acara benjeng piantun pinten?” 
Tak seberapa lama jawaban datang, “Kulo jawab benjing-enjing mawon nggih Mas….” Sekian kalinya deg-deg  pyoh tak terhindarkan, acara tinggal 12 jam lg, jumlah yang akan hadir belum terprediksi. Tapi kali ini mulai terbiasa dengan jawaban jujur ala mereka.