fbpx

HAUL SUNAN POJOK 2017 : RIBUAN PEZIARAH RELA NDOPROK DI JALAN RAYA

Ribuan peziarah Makam Sunan Pojok Blora rela duduk beralas seadanya di jalan raya, luar Kompleks Makam Sunan Pojok, Selasa (18/10).

Blora – Meski diperluas, kompleks Makam Sunan Pojok tidak dapat menampung seluruh peziarah yang hadir pada Puncak Perayaan haul Sunan Pojok 2017. Sebagian besar peziarah, rela ndoprok di jalan raya, luar kompleks makam.

 

Ribuan peziarah Makam Sunan Pojok Blora rela duduk beralas seadanya di jalan raya, luar Kompleks Makam Sunan Pojok, Selasa (17/10).

 

Prosesi peresmian Kompleks Makam Sunan Pojok berlangsung sangat sederhana, tanpa aturan protokoler yang berbelit-belit. Bupati Blora yang telah hadir bersama Kapolres Blora AKBP Saptono dan perwakilan dari DPRD Blora Abdullah Aminuddin segera mempercepat peresmian. Menandatangani prasasti dan menyampaikan sambutan.

“Saya ‘kan hanya nunut, jadi acara peresmian ini jangan melebihi kebesaran acara haul. Setelah ini monggo dilanjutkan dengan pengajiam umum haul Sunan Pojok. Kita ikuti bersama sama dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari,” himbau Bupati Djoko Nugroho, Selasa (17/10). Hampir sepanjang sambutannya, Bupati menggunakan Bahasa Jawa Ngoko.

Lebih lanjut, Bupati Blora secara lisan menyetujui usulan Wakil Ketua DPRD Blora terkait pemanfaatan lahan bekas kantor Satpol PP Blora untuk digunakan sebagai taman di Kompleks Sunan Pojok. Bupati juga memberi masukan kepada Yayasan Sunan Pojok agar menyusun Manakib (catatan kehidupan) Sunan Pojok dari sisi jasanya untuk Blora.

“Selanjutnya, dalam sejarah Sunan Pojok ini jangan hanya dari beliau ini keturunan siapa. Melainkan juga dari pencapaian-pencapaian Mbah Sunan Pojok untuk Blora. Tadi sedikit sekali disinggung, Mbah Sunan Pojok sepanjang hidupnya tidak pernah menyakiti orang lain, itu harus diteladani kita semua,” saran Bupati Blora.

Tausyiah dalam Pengajian Akbar Haul Sunan Pojok disampaikan oleh Gus Arya Muhammad putra KH Agus Ali Masyhuri. Gus Ali, sapaan KH Agus Ali Masyhuri,  berhalangan hadir dalam pengajian ini karena sedang sakit. Gus Arya Muhammad menyampaikan kualifikasi (syarat-syarat) seorang wali menurut sejumlah kitab tafsir.

KH Ishad Sofawi, pembaca sejarah singkat Sunan Pojok sebelum sambutan Bupati telah memaparkan Sunan Pojok merupakan Panglima Perang Mataram. Ia ditugaskan oleh Sultan Agung Penguasa Mataram untuk menumpas Kraman (pemberontakan) yang didukung VOC di wilayah Tuban dan Blora.

Sukses menumpas pemberontakan, Sunan Pojok dalam perjalanannya menuju Kota Praja Mataram wafat di Dusun Pojok Desa Buluroto Banjarejo. Atas pencapaian ini, Sultan Agung penguasa Mataram menganugerahkan gelar Adipati Blora kepada putra Sunan Pojok yang bernama RT Joyodipo. Makam RT Joyodipo berada di Kompleks Makam Sunan Pojok sebelah timur.

Reporter : A. Malik / Humas setda Blora