fbpx

INI CARA PESANTREN AL ALIF AJARKAN REKONSILIASI AKAR RUMPUT G 30 S / PKI KEPADA SANTRI

Turnamen Voli Al Alif Cup diikuti tim voli dari sejumlah dusun di Desa Tamanrejo Tunjungan.

Tunjungan – Mendalamnya luka akibat peristiwa G 30 S / PKI tidak akan mudah hilang. Adanya rekonsiliasi akar rumput merupakan salah satu jalan keluar untuk menyembuhkan luka sejarah ini.

Di sejumlah daerah di Blora terdapat desa-desa yang padamasa lalu merupakan basis partai komunis, salah satunya adalah Desa Tamanrejo Tunjungan. Pesantren Al Alif merangkul warga setempat untuk mengikuti turnamen voli Al Alif Cup yang salah satu tujuannya untuk menghilangkan kesenjangan antara pesantren dengan warga setempat.

 

Turnamen Voli Al Alif Cup diikuti tim voli dari sejumlah dusun di Desa Tamanrejo Tunjungan.

 

Al Alif Cup berakhir pada 10 Muharra 1439 H yang bertepatan dengan 29 September 2017. Kegiatan ini benar-benar menghilangkan jarak antara warga Desa Tamanrejo Tunjungan dengan Pesantren Inovatif tersebut.

“Kita mengucapkan selamat kepada para juara Al Alif Cup, yaitu tim voli Dusun Maguwan, tim voli Dusun Setro dan tim voli Dusun Taman,” komentar Mokhammad Khoerul Amri, salah satu dewan guru Pesantren Al Alif Tunjungan.

Muhammad Nasir, Pengasuh Pesantren Al Alif Setro mengatakan pelaksanaan Al Alif Cup ini merupakan langkah dakwah di daerah bekas basis partai komunis. Kyai Nasir juga mengapresiasi sejumlah perangkat desa yang juga ikut bermain dalam tim voli. Ia berharap masyarakat, pesantren dan lembaga pendidikan dapat saling mendukung untuk mewujudkan situasi pendidikan yang kondusif.

Sehari setelah penyerahan hadiah Al Alif Cup (30/09), digelar pemutaran film Penumpasan Penghianatan G 30 S PKI di aula pesantren yang diikuti seluruh santri dan dewan guru Pesantren Al Alif Tunjungan. Pemutaran film ini terselenggara berkat kerjasama Pesantren Al Alif dengan Koramil Tunjungan. Sejumlah komentar polos para santri yang menyaksikan film itu pun terlontar.

“Kejam sekali,” komentar Ulul Arkhami (17), santri Pesantren Al Alif dari Demak.

“Setelah nonton, kita jadi tahu pentingnya menjaga keutuhan NKRI, salah satunya dengan serius belajar dan ngaji sampai kita jadi pintar,” lanjut Tegar (16), santri asal Kabupaten Lamongan.

Reporter : Fawaidi M