fbpx

JELAJAH HUTAN GRENENG, MELACAK JEJAK HARIMAU DAN BABI HUTAN

Jelajah hutan Pokdarwis Greneng dan Komunitas kandang Pendaki.

Tunjungan – Selain memiliki pesona waduk yang memukau, kawasan waduk Greneng juga menyimpan kekayaan hutan yang ada di sekelilingnya. Komunitas Kandang Pendaki bersama Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Greneng melakukan jelajah di kawasan hutan Greneng, Minggu (15/10).

 

Jelajah hutan Pokdarwis Greneng dan Komunitas kandang Pendaki.

 

Kang Wariman dari Pokdarwis Greneng menjadi penunjuk jalan agenda yang menempuh jarak lebih dari sepuluh kilometer melintasi hutan ini. Selain itu, Kang Wariman juga mengajarkan anak-anak Kandang Pendaki pengetahuan tentang navigasi darat.

Penjelajahan dimulai dari kawasan rintisan wisata, Cemoro Pitu Greneng. Tim penjelajah Kandang Pendaki mulai memasuki hutan menuju ke lokasi bebatuan alam yang oleh masyarakat setempat dinamakan Watu Pencah. Watu Pencah ini terhubung dengan barisan batuan di pegunungan Kendeng Utara.

Perjalanan berlanjut, tim penjelajah Kandang Pendaki bergerak menuju tebing alam yang bernama Gunung Geber. Bermacam burung hutan banyak ditemui di tempat ini. Sepanjang perjalanan, Kang Wariman tak lelah mengingatkan agar kita tidak gegabah di dalam hutan. Seluruh satwa dan tumbuhan yang ada di dalam hutan terlarang untuk diambil.

“Di sini ada Ayam Hutan, Elang dan berbagai macam jenis burung. Jangan sampai kita punya niat untuk mengambilnya, semua itu dilindungi pemerintah,” pesan Kang Wariman.

Setelah mengagumi keindahan Gunung Geber, perjalanan dilanjutkan menuju Banyu Banger. Oleh masyarakat sekitar Greneng, sumber mata air ini dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit. Hanya saja, aroma belerang pada mata air Banyu Banger sangat menyengat.

Tak terasa, tengah hari telah tiba, tim penjelajah Kandang Pendaki melanjutkan perjalanan menuju sebuah sumber air jauh di dalam hutan. Di mata air ini, sebagian anggota tim menunaikan ibadah Sholat Dhuhur dan mengambil air wudhu dari sumber mata air tersebut.

Selepas sholat, Kang Wariman melatih tim penjelajah Kandang Pendaki mengenali jejak kaki hewan yang melintas di kawasan ini.

Kang Wariman menunjukkan jejak kaki hewan yang diduga merupakan bekas kaki Harimau dan Babi Hutan. Jejak kaki ini terlihat jelas karena cuaca memang sering hujan akhir-akhir ini.

Untuk Harimau, memang tidak seorang pun pernah menyaksikannya berada di kawasan itu, namun untuk Babi Hutan banyak warga menyaksikan keberadaan hewan hama ini. Menurut cerita Kang Wariman, Babi Hutan banyak bermunculan di malam hari dan memangsa tanaman jagung milik para petani di kawasan itu.

Kang Wariman juga mengajarkan cara mengenali pohon, tumbuhan semak, dan buah yang beracun yang ada di dalam hutan. Beberapa anggota tim penjelajah Kandang Pendaki mencatat penjelasan Kang Wariman, karena dalam waktu dekat akan digelar Lomba Jelajah Alam Pramuka Saka Wanabakti Blora di kawasan ini.

“Iya, dalam waktu dekat ada lomba penjelajahan. Dalam kegiatan ini kita juga memastikan rute yang akan digunakan. Di musim hujan, rute bisa berubah karena kondisi lintasan yang becek. Jadi semua penjelasan harus dicatat,” terang Cipto, tim penjelajah Kandang Pendaki yang juga anggota Saka Wanabakti ini.

Setelah menempuh perjalanan selama 5,5 jam, akhirnya tim kembali ke titik awal, Cemoro Pitu. Perjalanan yang melelahkan terbayar lunas dengan pengalaman baru yang sangat menyenangkan. Meski Blora tak ada gunung tinggi untuk didaki, Blora memiliki hutan rimba yang menanti untuk dijelajahi.

“Meski kita tidak punya gunung dengan mdpl yang tinggi, tapi kita punya hutan yang eksotis,” ungkap Nia, tim penjelajah Kandang Pendaki dari kecamatan Japah.

Oleh : Alifiyanto Adhi P (Kandang Pendaki / Saka Wanabakti)