Blora – Sebagai organisasi masyarakat (ormas) keagamaan terbesar di Indonesia, NU dituntut memberikan solusi dalam mengatasi sejumlah masalah sosial yang ada. Salah satunya adalah munculnya kembali gagasan intoleransi yang mengancam kebhinekaan, utamanya kalangan anak muda.
Katib Syuriah NU Kabupaten Blora, Agus Budi Mulyono, memaparkan sejumlah langkah untuk mengajak kawula muda “hijrah” menuju perilaku dan cara berfikir yang islami.
“Dakwah itu dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang tepat. Kita akan memanfaatkan teknologi yang ada,” paparnya, Rabu (04/07).

Agus menambahkan, pemanfaatan teknologi menjadi salah satu strategi untuk berdakwah di era milenial ini, utamanya jika sasaran dakwah adalah kawula muda. Selain itu, dia juga menekankan dakwah ini tidak boleh hanya diserahkan kepada generasi tua saja.
“Semuanya relevan (dalam berdakwah), baik yang tua maupun yang muda,” lanjut pria yang sehari-hari bekerja sebagai dosen di STAI Al Muhammad Cepu dan pengajar di MAN Blora ini.
Agus mengimbuhkan, dakwah di kalangan pemuda sebaiknya dilakukan oleh kawan sebaya. Namun, ada beberapa catatan yang harus diperhatikan untuk melakukan langkah ini.
“Karena, teman sebaya biasanya lebih paham tentang karakter dan kepribadian anak muda seusianya. Pendakwah, harus menguasai materi yang akan disampaikan dan tidak boleh berhenti belajar,” ucapnya.
Terakhir, Agus mengingatkan kepada para pendakwah untuk menata niat dalam menjalankan tugasnya.
“Niatnya harus tulus, bukan untuk mencari kekayaan atau popularitas. Semata-mata hanya untuk tegaknya nilai-nilai agama,” pungkasnya.
Reporter : Imanan