fbpx
OPINI  

KEKHAWATIRAN KAWASAN INDO-PASIFIK TANGGAPI PENGADAAN KAPAL SELAM NUKLIR AUSTRALIA

Pertemuan perwakilan AUKUS. Foto : https://www.nrc.nl

Kerjasama yang terjalin antara Australia dengan Amerika dan Inggris atau yang lebih dikenal dengan pembetukan pakta pertahanan trilateral AUKUS, kini menarik perhatian sejumlah negara di kawasan Asia Pasifik, tak terkecuali Indonesia. Berkat keputusan yang dikeluarkan pihaknya terkait kesepakatan pengadaan kapal selam bertenaga nuklir bagi Australia, yang justru mengundang tanggapan prihatin dari pemerintah Indonesia, serta beberapa negara lain di kawasan Indo-Pasifik.

Diluar kekhawatiran yang tengah dirasakan oleh negara-negara di kawasan Asia Indo-Pasifik, ketiga petinggi AUKUS berulang kali menegaskan bahwasannya keputusan yang tengah disepakati oleh pihaknya tidak ditujukan terhadap suatu negara tertentu, bahkan banyak ahli menganalisis jika Tiongkok merupakan pemicu utama pembentukan aliansi pakta pertahanan trilateral AUKUS. Dimana Amerika, Australia dan Inggris berspekulasi bahwa Tiongkok sedang mempersiapkan rencana pembentukan kekuatan angkatan laut dalam skala besar. Sehingga, pengadaan kapal selam bertenaga nuklir bagi Australia yang kini tengah dikerjakan oleh AUKUS, diharapkan dapat meminimalisir perilaku Tiongkok yang dikenal agresif dan seenaknya di kawasan Asia. 

Menanggapi hal tersebut Indonesia diwakilkan oleh Kemenlu dalam pertemuan virtual dengan lembaga non-profit Asia Society, Menlu RI Retno Marsudi mengungkapkan kekhawatiran Indonesia atas potensi peningkatan keteganggan yang bisa saja terjadi di antara negara-negara besar. Selain itu, Menlu Retno sebagai perwakilan pemerintah Indonesia mengingatkan kembali komitmen Australia untuk terus menghormati NPT, serta komitmennya terhadap non-proliferasi nuklir dan hukum internasional. 

Untuk hal itu, Menlu Retno menegaskan bahwa Indonesia tidak ingin pengadaan kapal selam untuk Australia mengakibatkan timbulnya potensi peningkatan persaingan senjata dan proyeksi kekuasaan yang nantinya dapat mengancam stabilitas keamanan kawasan Indo-Pasifik. Untuk itu Indonesia telah berulang kali mengingatkan Australia untuk terus memegang komitmen memenuhi kewajibannya sebagai negara penandatangan NPT. Kekhawatiran serupa juga disampaikan oleh perwakilan Kantor Perdana Menteri (PMO) Malaysia yang baru Ismail Sabri Yakoob. Pihaknya berspekulasi bahwa kemitraan pakta pertahanan trilateral tersebut dapat memicu ketegangan persaingan senjata nuklir di kawasan Indo-Pasifik serta menimbulkan provokasi kekuatan lain yang nantinya dikhawatirkan akan  bertindak jauh lebih agresif di kawasan Indo-Pasifik, terutama di Laut China Selatan. Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri juga menyampaikan bahwasannya Malaysia merupakan negara bagian ASEAN yang berkomitmen memegang prinsip untuk menjaga ASEAN sebagai Zona Damai, Kebebasan, dan Netralitas (ZOFPAN).

Berbeda dengan Indonesia dan Malaysia, sesama negara ASEAN, Filipina dan Singapura justru memiliki pandangan yang kontras untuk mendukung kemitraan pertahanan trilateral AUKUS. Dimana Filipina menganggap AUKUS diharapkan dapat menjaga keseimbangan kekuatan di kawasan Indo-Pasifik, pandangan yang sangat kontras dengan beberapa negara tetangganya. Dikutip dari CNN Indonesia, Wakil Presiden Akademi Diplomat Vietnam, Nguyen Hung Son menegaskan Amerika Serikat, Inggris, dan Australia seharusnya terlebih dahulu mendiskusikan kesepakatan yang telah dibuat oleh AUKUS bersama dengan ASEAN. Hal ini dikarenakan kebijakan ketiga negara aliansi AUKUS berkaitan dengan wilayah Asia Tenggara. Banyak ahli menilai pembentukan kemitraan AUKUS dilakukan untuk meminimalisir pengaruh China yang semakin besar di kawasan Indo-Pasifik.

Tentang penulis : Daniatussalma Talitha Alifa adalah Mahasiswa UII Semester 3 Jurusan Hubungan Internasional.

Alamat: Jl. Agil Kusumadya 1/7 Blora.

*Opini di atas merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab Bloranews.com.