Blora, BLORANEWS.COM – Menjelang Ramadan, keluarga besar pahlawan Abu Umar Imam Chourmain melaksanakan tradisi Nyadran di Blora.
Dalam kesempatan ini, mereka juga diterima di Pendopo Bupati Blora pada Minggu (16/2/2025), menikmati hidangan khas Soto Klethuk sambil berdiskusi tentang sejarah keluarga dan masa depan Blora.
Rombongan yang datang dari Jakarta, Semarang, dan Surabaya disambut oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Blora, Dasiran, serta Kepala Kesbangpol Kabupaten Blora, Sujianto. Mereka mewakili Bupati Blora yang tengah menghadiri agenda lain.
“Sugeng rawuh di Blora. Nama Abu Umar sangat berarti bagi kami, bahkan diabadikan sebagai nama jalan utama di Blora,” ujar Dasiran sembari menyerahkan buku “Diplomasi Kuliner” karya Bupati Blora.
Ketua rombongan, M. Bahrun, turut menyerahkan catatan sejarah keluarga yang mencatat perjalanan Pocut Meurah Intan, Abu Umar, hingga HAKI Chourmain yang pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.
“Kami berharap catatan ini bisa menjadi dasar bagi pembangunan monumen atau prasasti untuk mengenang Abu Umar Imam Chourmain,” kata Bahrun.
Abu Umar dikenal sebagai salah satu tokoh pendiri bangsa yang pernah menjabat sebagai anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) dari Partai Masyumi dan Ketua STII Syarikat Tani Islam Indonesia.
Ia menjadi korban peristiwa 1948, di mana jenazahnya bersama empat korban lainnya ditemukan di sumur dekat gorong-gorong di Dukuh Pohrendeng, Desa Maguwan, Kecamatan Tunjungan, Blora.
Selain perannya dalam pemerintahan, Abu Umar juga dikenal sebagai arsitek kehutanan.
Dalam rangkaian Nyadran, keluarga Abu Umar mengunjungi lokasi makam serta melihat langsung sumur dan gorong-gorong di Pohrendeng.
Bahrun menilai tempat tersebut memiliki potensi sebagai wisata religi karena pemandangan sekitarnya yang indah.
Sebagai bagian dari perjalanan sejarahnya, Abu Umar merupakan cucu dari Kyai Imam Chourmain, seorang ulama yang menyebarkan Islam di Blora.
Nasab keluarganya juga terhubung dengan Majapahit, melalui Mbah Sambu Lasem Rembang.
Semasa kecilnya, Abu Umar menjadi anak asuh Pocut Meurah Intan, seorang pejuang dari Aceh yang berwasiat untuk dimakamkan bersama keluarga ini.
Bahrun, yang juga seorang ahli pemetaan, menyoroti potensi Blora di berbagai sektor, mulai dari budaya, sejarah, wisata, kuliner, hingga energi.
“Peta informasi ini sebaiknya disajikan secara menarik dan interaktif melalui eksposur media dan digital twin agar menarik perhatian investor.” bebernya.
Diskusi di pendopo berlangsung dalam suasana akrab, sejalan dengan semangat Bupati Blora, Arief Rohman, dalam program #SesarenganMbangunBlora.
Sebagai informasi, prosesi Nyadran berlangsung selama tiga hari dua malam, dari 14 hingga 16 Februari 2025. Sebanyak 39 anggota keluarga Imam Chourmain, Tadjussubchi, dan Chasan Duriyat dari Blora ikut serta dalam perjalanan ini.
Rute perjalanan dimulai dari Jakarta menuju makam keluarga di Bergota Semarang, kemudian ke makam keluarga di Tegalsari Blora, hingga Semawur Ngawen, Jawa Tengah. (Jyk)