fbpx

LIHAT PASTI BISA, PASARKAN BATIK BLORA HINGGA LUAR NEGERI

Upaya dan kerja keras selama delapan tahun terakhir akhirnya berbuah manis. Cita-citanya juga tercapai. Usaha yang diidam-idamkan akhirnya berjalan dengan lancar, bahkan sudah mempunyai belasan karyawan dan hasilnya di pasarkan hingga luar Negeri.
Mengenal Hurip Indiani Lebih dekat

Upaya dan kerja keras selama delapan tahun terakhir akhirnya berbuah manis. Cita-citanya juga tercapai. Usaha yang diidam-idamkan akhirnya berjalan dengan lancar, bahkan sudah mempunyai belasan karyawan dan hasilnya di pasarkan hingga luar Negeri.

Prinsip “lihat pasti bisa” membuat perempuan bernama lengkap Hurip Indiani sukses dalam usahanya. Bagaimana tidak, usaha pembuatan batik dan penjualannya saat ini sudah mencapai luar kota hingga mancanegara. Mulai dari Balik Papan, Jatim, Malang, Jakarta Semarang, Papua, Bali, Korea, Cina dan lain sebagainya,

Mantan sekertaris Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Blora ini mengaku, usaha batiknya dirintis sejak lama. Untuk mendapatkan hasil maksimal dia harus riwa-riwi untuk kursus di berbagai tempat. Mulai dari Lasem Rembang, Solo, Jogjakarta, Pekalongan.

Dari ilmu yang didapatnya tersebut, dia tularkan dan praktekkan untuk membuat batik yang khas, mempunyai nilai tinggi dan berbeda dari yang lainnya. Berkat itu semua, dia bisa menghasilkan batik yang pembuatannya lebih cepat, berkualitas dan menghasilkan banyak keuntungan.

“Butuh proses yang panjang, untuk bisa menggabungkan berbagai teknik dalam membatik, saya pilih yang cepat, berkualitas dan melayani semua permintaan sehingga para pembeli merasa senang dan puas,” ucap perempuan yang pernah menerima penghargaan Satya Lencana Karya Satya dari Presiden tahun 2012 lalu.

Alumni S2 UNSRI tahun 2010 ini menambahkan, cita-citanya setelah pensiun memang ingin mempunyai kesibukan yang bermanfaat, mempunyai teman banyak, ada kesibukan mandiri di hari tua dan membantu sesama.

“Saya memang suka melukis wajah, atau tukang rias, dan hoby saya itu tak tuangkan dalam membatik,” imbuh perempuan yang beralamat di Jalan nusantara nomor 41 Blora ini.

Cara penyajian batik pesanan juga beda dari yang lainnya. Sebab setelah batik dibungkus plastic tidak langsung di bungkus dalam kardus, melainkan terlebih dulu dibungkus daun jati basah, baru di masukkan dalam plastik kedua kali dan baru dimasukkan dalam kardus dan baru dikirim.

Motifnya juga bervariasi, tinggal pesanan. Namun kebanyakan motifnya berupa Macan Tutul, Daun Jati, Akar, Ungker, Barongan, Ayam Alas, Merak, Tunggak, Tayub, Janggleng, Serta, Kupu, Sate, Topeng Gaenah, Tugumuda , Akik, Aptri Tebu, Samin, Sapu Jagat, Perkutut, Semar dan lain sebagainya.

Begitu juga dengan harganya, satu batik buatannya bisa di bandrol dengan harga Rp 125 ribu hingga Rp 1 juta untuk satu baju sekitar 2 meter.

“Yang membuat batik juga ada yang difabel,” jelas perempuan kelahiran 5 Januari 1960 ini.

Ibu dua anak ini mengaku masih ingat betul bagaimana dia pertama kali membuat batik. Hasil pertamanya dia jual dengan harga Rp 250 ribu dan dibeli oleh orang Semarang.

“Sejak awal saya sudah menggunakan canting listrik, jadi tidak terlalu susah membuatnya dan panasnya juga teratur, sehingga memudahkan saya untuk berkreasi dan menggambar,” pungkasnya.

Dia mengaku, keberhasilan usahanya ini tidak lepas dari dorongan dan dukungan dari keluarganya. Terutama sang suami yang terus mendampingi dan mensuport usahanya dan perjuangannya. (sub)