fbpx

MAKRAB KAMABA MADURA 2019: RUMAKETING JIWANGGA ING BUMI SAREM

Makrab Kamaba Madura 2019 di Pantai Sambilangan, Bangkalan Madura
Makrab Kamaba Madura 2019 di Pantai Sambilangan, Bangkalan Madura

Bangkalan, Madura- Keluarga Mahasiswa Blora (Kamaba) Madura menggelar tradisi malam keakraban (Makrab) 2019. Tahun ini, Makrab Kamaba Madura mengusung tema Rumaketing Jiwangga Ing Bumi Sarem, Akadhi Taretan Dhibik Saterossah.

 

Makrab Kamaba Madura 2019 di Pantai Sambilangan, Bangkalan Madura
Makrab Kamaba Madura 2019 di Pantai Sambilangan, Bangkalan Madura

 

Ketua Kamaba Madura, Irawan mengungkapkan, tema tersebut berasal dari dua bahasa, yakni Jawa dan Madura. Artinya, menyatukan jiwa raga di Pulau Garam, seperti saudara sendiiri untuk selama-lamanya.

“Makrab adalah upaya kami untuk mengakrabkan mahasiswa baru dan lebih mengakrabkan lagi dengan mahasiswa lama. Maka dari itu, jumlah tidak berpengaruh pada kami, walaupun hanya satu atau dua orang saja yang ikut, makrab harus tetap dilakukan,” kata Irawan.

Ini merupakan kali kedua Makrab Kamaba Madura. Sebelumnya, pada 2018 telah digelar agenda yang sama. Dalam kesempatan ini, mantan Ketua Kamaba Madura, Eko Cahyono juga ikut ambil bagian untuk memaparkan sejarah Kamaba di Pulau Garam.

“Alhamdulillah, tahun ini Makrab tak hanya diikuti mahasiswa yang menempuh studi di Universitas Trunojoyo saja. Tetapi juga para mahasiswa yang belajar di Politeknik Negeri Madura yang terletak di Sampang,” imbuh Irawan.

Suara Mahasiswa Blora yang belajar di Jawa Timur

Makrab Kamaba Madura 2019 digelar di Pantai Sambilangan Bangkalan pada 31 Agustus hingga 1 September 2019. Acara ini juga menghadirkan para tokoh mahasiswa lintas daerah, salah satunya Solikul yang merupakan koordinator Aliansi Mahasiswa Daerah (AMD).

Berbagai keluh kesah mahasiswa baru asal Blora ditumpahkan dalam kesempatan ini. Beberapa dari mereka sempat khawatir lantaran tidak banyak mahasiswa asal Blora yang memilih melanjutkan pendidikan di wilayah Jawa Timur.

“Saya sempat bingung saat diterima di Universitas Trunojoyo Madura, apakah harus saya ambil atau tidak sebab kebanyakan teman saya ke arah barat (Yogyakarta, Semarang, Jakarta),” kata Sabti Rahyu, mahasiswa jurusan Sastra Inggris Universitas Trunojoyo, asal Kecamatan Jati, Blora.

Sabti mengaku, di Pulau Madura dirinya tidak memiliki sanak kerabat, dan ini merupakan pengalaman pertamanya hidup di perantauan. Namun, dengan adanya sesama mahasiswa Blora di tempat ini, dirinya merasa menemukan saudara seperjuangan.

“Saya tak lagi merasa bingung sebab saya sudah mempunyai keluarga baru disini, saya sudah mempunyai tempat untuk saya bercerita dan berkeluh kesah,” katanya.

Dalam makrab tersebut, digelar berbagai macam acara, mulai dari permainan edukatif, outbonbd  hingga pementasan seni. Di akhir makrab, dipentaskan tarian tayub dan pembacaan geguritan (semacam puisi jawa) bernuansa Blora. (jyk)