OPINI  

MEMBANGUN PEMUDA DESA BAGI PEMBANGUNAN BANGSA

Dr. Hadis Turmudi, M.H

“Jangan tanyakan apa yang bisa negara berikan padamu, tapi tanyakan apa yang bisa kamu berikan untuk negaramu.”

Kalimat legendaris John F. Kennedy saat pelantikannya tahun 1961 itu seolah menemukan maknanya kembali setiap kali kita memperingati Hari Sumpah Pemuda. Hal tersebut nampak terutama ketika kita melihat semangat anak muda yang terus tumbuh di pelosok-pelosok negeri.

Setiap tanggal 28 Oktober, kita semua akan mengenang bagaimana para pemuda Indonesia pada tahun 1928 berani bersatu dalam keberagaman yang ada mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa yakni Indonesia. Sumpah itu bukan hanya simbol sejarah, tapi juga sumber inspirasi bagi generasi muda masa kini untuk melanjutkan perjuangan melawan keterbelakangan dan ketimpangan pembangunan, terutama di desa.

Pembangunan desa dewasa ini menjadi primadona dalam rangka mengentaskan kemiskinan dan mensejahterakan warga. Pemerintahan Prabowo-Gibran melalui astacitanya  memasukkan desa sebagai salah satu fokus utama dalam program kerjanya. Astacita point ke enam yang berbunyi ”membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan” memberikan sinyal bahwa desa berperan penting dalam pembangunan nasional.

Pembangunan negeri ini harus dimulai dari akar negeri yakni dari desa. Karena desa adalah jantung Indonesia yakni tempat lahirnya budaya, sumber pangan, dan nilai-nilai kebersamaan yang menjadi identitas bangsa. Jumlah desa yang lebih dari 75 ribu memberikan asa dalam pembangunan nasional sebagai penopangnya.

Berdasarkan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2024, diperkirakan terdapat sekitar 64,22 juta jiwa pemuda. Lebih dari setengah pemuda tinggal di perkotaan 60,72 persen, sedangkan sisanya sebesar 39,28 persen tinggal di daerah perdesaan. Jumlah tersebut tidak sedikit dan masih adanya kesenjangan jumlah pemuda yang tinggal di kota dan desa merupakan persoalan serius mengingat jumlah desa jauh lebih banyak jika dibanding kota.

Selain itu adanya UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, harusnya pembangunan desa tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik dan infrastruktur semata. Pembangunan desa hendaknya juga mampu meningkatkan kualitas SDM desa termasuk pemuda desa di dalamnya. Hal tersebut sangat penting, sehingga terjadi keseimbangan dalam pembangunan desa.

Kalau desa hebat, Indonesia pasti kuat dan menjadi bermartabat. Dan yang bisa membuat desa hebat itu tidak lain adalah para pemudanya. Pemuda desa yang berdaya dengan kreatifitas dan inovasinya sehingga mampu membuat desa berbicara bukan dalam skala lokal namun juga global.

Di banyak tempat, kita sudah bisa melihat contohnya. Ada pemuda di Wonosobo yang sukses mengembangkan pertanian organik dan memasarkan produknya lewat media sosial. Di Lombok, sekelompok anak muda membangun desa wisata yang mengangkat kearifan lokal dan memberdayakan masyarakat sekitar. Di Sulawesi Selatan, komunitas pemuda menghidupkan kembali kerajinan tradisional dengan desain modern. Mereka membuktikan bahwa tinggal di desa bukan berarti tertinggal, asalkan mau berinovasi dan beraksi.

Mewujudkan Pemuda Desa Hebat

Pemuda desa yang hebat mendorong desa desa di nusantara berdaulat dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karenanya perlu akselerasi dalam mewujudkan pemuda desa yang mampu menjadi asa bagi pembangunan bangsa. Pemuda desa punya keunggulan yang unik yakni mereka dekat dengan masyarakat dan tahu persis potensi desanya. Mereka bisa menjadi jembatan antara tradisi dan inovasi, antara nilai-nilai lokal dan semangat global. 

Guna mewujudkan itu semua perlu sebuah langkah strategi, diantaranya pertama memberikan ruang terhadap para pemuda. Ruang berguna agar pemuda bergerak dengan kreasi maupun inovasinya. Pemuda identik dengan gagasan-gagasan segar dalam benak mereka, sudah selayaknya mereka diberikan ruang guna mengeksplorasi setiap kemampuannya.

Kedua melibatkan pemuda melalui aksi nyata dalam setiap moment kegiatan. Pemuda desa harus dilibatkan pada setiap acara maupun proyek yang ada sehingga mereka terus tumbuh dan berkembang. Pelibatan mereka akan memberikan pengalaman dan wawasan sehingga ketika estafet kepemimpinan tiba, mereka sudah siap terjun langsung.

Ketiga membuka akses pendidikan dan pelatihan keterampilan bagi pemuda desa. Program pelatihan, inkubasi bisnis, atau bimbingan teknologi digital harus benar-benar menyentuh akar masalah di lapangan. Tapi di sisi lain, pemuda desa juga harus membuka diri, mau belajar hal baru, dan berani bermimpi besar tanpa meninggalkan akar budaya mereka.

Dan yang terakhir adanya kolaborasi dan sinergi dengan pihak ketiga. Sinergi dan kolaborasi merupakan kunci keberhasilan dari setiap usaha yang dijalankan. Guna memaksimalkan potensi pemuda desa sudah seharusnya pemerintah menggandeng pihak ketiga seperti Perguruan Tinggi, Swasta maupun instansi lainnya untuk terus bersinergi mengoptimalkan potensi pemuda desa.

Desa bukan tempat untuk melarikan diri dari modernitas, melainkan tempat untuk menanamkan nilai-nilai kemajuan yang berakar pada kearifan lokal. Kalau dulu para pemuda bersatu lewat bahasa dan cita-cita, maka hari ini mereka bisa bersatu lewat aksi nyata di desa masing-masing. Tidak perlu hal besar. Mulai dari gerakan kecil seperti menjaga kebersihan lingkungan, mengadakan pelatihan digital bagi warga atau membantu petani memasarkan hasil panen secara online semua itu merupakan bagian dari pembangunan.

Peringatan Hari Sumpah Pemuda bukan hanya seremoni tahunan. Namun yang dibutuhkan hanyalah kemauan, kerja sama, dan keberanian untuk mencoba. Dari tangan-tangan muda di desa inilah sebenarnya masa depan Indonesia dibangun.

 

Tentang Penulis: Dr. Hadis Turmudi, M.H., Dosen pengajar di STMIK AMIKOM Surakarta dan Penulis buku tentang masalah pedesaan, diantaranya dengan judul, Jati Diri Penggawa Desa, Teknologi Informasi di Pedesaan, Bicara Tentang Desa: Sebuah Konsep dan Gagasan, Desa Wisata: Sebuah Kebijakan Dalam Pembangunan Desa. Saat ini tercatat  sebagai Dewan Pengawas Kopdes Merah Putih yang banyak melakukan penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) terkait tentang Pemerintahan Desa, Pembangunan Desa serta permasalahan desa lainnya.

*Opini di atas merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab Bloranews.com.