fbpx

MENGENAL SUNAN POJOK, PANGLIMA PERANG MATARAM DAN BAPAK PARA ADIPATI BLORA

Ketua PCNU Kabupaten Blora, M. Fattah, membacakan Manaqib Sunan Pojok dalam peringatan Haul Sunan Pojok 2018.

Sunan Pojok Diangkat Menjadi Adipati Tuban Bergelar Pangeran Sedah

Tugas pertama, yakni menumpas pemberontakan terhadap Mataram Islam dapat dilaksanakan dengan baik. Tugas kedua, juga terlaksana dengan baik, yakni mengusir VOC di Batavia. Atas prestasinya, Pangeran Surobahu diangkat menjadi Adipati Tuban dengan gelar Pangeran Sedah (1619 M).

Pangeran Sedah memimpin para adipati di pesisir utara Jawa mengusir VOC pada 20 November 1626 dan mendapatkan kemenangan.

Setelah memerintah Kadipaten Tuban selama 32 tahun (1619-1641), Pangeran Sedah menyerahkan kembali jabatan Adipati Tuban kepada Sultan Mataram saat itu, yakni Amangkurat I atau Sunan Tegalarum di Kedaton Plered.

Oleh Amangkurat I jabatan Adipati Tuban diserahkan kepada Pangeran Anom, adik Pangeran Sedah. Hal ini, karena putra Pangeran Sedah sendiri masih terlalu muda untuk menjadi seorang Adipati.

Sepulang dari Kedaton Plered, Pangeran Sedah menetap di Blora. Saat menetap di Blora, Pangeran Sedang bersama putranya, yaitu Pangeran Joyodipo dan Pangeran Klenco. Selain itu, ikut menetap pula beberapa pasukan, salah satunya Pangeran Agulagul.

Ketiganya, Pangeran Joyodipo, Pangeran Klenco dan Pangeran Agulagul memberi nama di sejumlah desa di Blora, misalnya, Karangnongko, Sasak, dan Kaliwangan. Mereka juga mendirikan masjid yang saat ini dikenal dengan nama Masjid Agung Baitunnur yang terletak di Alun-alun Blora sebelah barat.