MERAWAT ASA MENYAMBUNG RASA : NYAMBONG ROSO #7

Panitia Nyambong Roso #7 di Sendang Mahbang, Blora, tengah mempersiapkan rangkaian acara. Gelaran budaya tahunan ini menjadi ruang pertemuan bagi seniman, komunitas, dan masyarakat untuk berbagi rasa serta memaknai nilai-nilai luhur pitutur Jawa.

Blora, BLORANEWS.COM – Suara gamelan berpadu dengan aroma dupa yang pelan terbawa angin malam. Di kawasan Sendang Mahbang, Desa Tempellemahbang, Kabupaten Blora, suasana terasa hangat oleh perjumpaan para pegiat seni, komunitas musik, literasi, dan masyarakat dari berbagai daerah.

Semua datang dengan satu tujuan yakni nyambong roso, menyatukan rasa dan kembali belajar menjadi manusia yang berempati.

Gelaran budaya Nyambong Roso #7 yang berlangsung selama tiga hari, 24–26 Oktober 2025, menghadirkan beragam kegiatan. Mulai dari Ruwat Sendang Mahbang, sarasehan budaya, workshop batik dan kolase plastik, menanam pohon, hingga panggung rakyat yang terbuka untuk siapa saja yang ingin tampil dan berekspresi.

Salah satu panitia, Farhan, menyebut acara ini bukan sekadar hiburan, tetapi ruang untuk menumbuhkan kesadaran sosial melalui seni dan budaya.

“Harapannya melalui acara ini kita bisa saling berbagi rasa, berbagi cerita, berbagi ide, maupun berbagi cinta kepada Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta,” ujar Farhan.

Tahun ini, Nyambong Roso mengangkat tema “Pitutur”, sebuah kata yang sarat makna dalam tradisi Jawa. Angka tujuh atau pitu dalam sebutan Jawa diartikan sebagai simbol kebijaksanaan, yang menjadi dasar bagi manusia dalam bersikap dan bertutur.

“Pitutur itu cerminan laku hidup. Bagaimana kita berkata dan bersikap, itu akan kembali kepada diri kita sendiri. Seperti pepatah, wong nandur bakal ngundhuh,” katanya.

Menurutnya, di tengah derasnya perubahan zaman, masyarakat perlu kembali belajar kepada alam, kebudayaan, dan nilai-nilai kebijaksanaan yang diwariskan para leluhur.

Di situlah Nyambong Roso menemukan maknanya sebagai ruang kecil untuk saling belajar dan saling menumbuhkan kemanusiaan.

“Sekarang ini kita sering lupa pada nilai-nilai dasar kemanusiaan. Melalui Nyambong Roso, kami ingin mengajak semua pihak untuk kembali belajar memanusiakan manusia lewat budaya,” ungkapnya.

Dengan semangat nguri-uri kabudayan, Nyambong Roso #7 bukan hanya panggung seni, tapi juga cermin bagi siapa pun yang ingin menengok kembali jati diri dan rasa. (Jyk)