Blora – Sejumlah siswa dan mahasiswa yang Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan Magang di Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinkominfo) Kabupaten Blora kunjungi Rumah Artefak Blora, Rabu (10/1/2024).
Patung rekonstruksi homo erectus progresif yang berada di rumah artefak Blora, menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung, Patung itu bantuan dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran.
Sejumlah pengunjung mendokumentasikan (foto dan video) dan bertanya kepada petugas tentang koleksi benda di Rumah Artefak yang terletak di kompleks GOR Mustika sebelah timur.
“Senang bisa belajar sejarah purbakala langsung dari petugas yang berkompeten. Kemudian membuat video, foto untuk konten media sosial dengan gawai,” ucap Wulan salah satu siswa SMKN 1 Blora Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV).
Senada, disampaikan siswa SMKN 1 Blora lainnya, Revanda Ardiyanti dan Yuska Winanda. Serta siswa SMK Muhammadiyah Kunduran Mila Ramadini dan Maylinda Diah Ayu Prastika.
Keduanya mengaku sempat kaget dan kagum ketika melihat patung rekonstruksi homo erectus progresif.
“Sempat kaget dan kagum, tapi setelah dijelaskan petugas akhirnya bisa mengerti, saya buat video, foto dan swafoto dengan teman-teman. Rumah Artefak Blora sangat menarik, ada fosil paus purba dan benda pusaka. Saya baru pertama kali mengunjungi Rumah Artefak, asik pokoknya, semoga segera ada museum di Blora,” kata Revanda Ardiyanti, mewakili teman SMK lainnya.
Mebersamai siswa SMK ke Rumah Artefak, yakni dua mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang. Keduanya Faiqotul Mukhoyyaroh dan Khairun Nisa Eka Qurrotu’Aini yang magang selama satu bulan kedepan mulai 2 Januari hingga 9 Februari 2024 mendatang di Dinkominfo Blora.
“Blora, sebuah kota kecil di Jawa Tengah, dikenal dengan kekayaan budaya dan sejarahnya. Salah satu permata tersembunyi di kota ini adalah Rumah Artefak Blora,” Faiqotul Mukhoyyaroh.
Dirinya menilai Rumah Artefak Blora adalah sebuah embrio museum yang berdedikasi untuk melestarikan dan memamerkan berbagai artefak dan peninggalan sejarah dari berbagai era.
Rumah Artefak Blora mulai dibuka kembali untuk umum setelah Blora Covid-19 mereda. Meski demikian pengunjung diimbau menerapkan protokol kesehatan Covid-19.
Sub Koordinator Kesejarahan dan Purbakala Bidang Kebudayaan Dinporabudpar Kabupaten Blora Eka Wahyu Hidayat, mewakili Plt Kepala Dinporabudpar Blora Iwan Setiyarso, S.Sos., M.Si., dan Kepala Bidang Kebudayaan Siti Rokhayah, S.Sos.,MA, mempersilakan warga untuk datang dan mengunjungi serta meminta penjelasan dari petugas berkaitan dengan aneka benda yang menjadi koleksi di Rumah Artefak Blora.
Menurutnya, Rumah Artefak Blora dipersolek untuk memikat pengujung oleh Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran.
BPSMP Sangiran memberikan bantuan teknis berupa penataan display koleksi benda cagar budaya milik Pemkab Blora yang disimpan dan dirawat di Rumah Artefak.
Hal itu dilakukan sebagai amanah Undang-undang No 11 tahun 2010 Tentang Cagar Budaya yang menyatakan setiap orang berhak memperoleh dukungan teknis dan/atau kepakaran dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah atas upaya Pelestarian Cagar Budaya yang dimiliki dan/atau yang dikuasai.
Dengan adanya bantuan teknis tersebut pengunjung atau publik bisa mendapatkan informasi, melalui interpretasi terhadap koleksi secara baik, benar, dan menarik.
Dengan demikian diharapkan Rumah Artefak mampu berperan optimal memberikan edukasi, informasi, dan hiburan kepada publik.
Ditambahkan, melalui penataan koleksi pada display secara menarik, baik dan benar, dilengkapi dengan label atau poster informasi yang mudah dipahami, tata cahaya yang mendukung untuk melihat secara nyaman, alat peraga dan patung rekonstruksi homo erectus progresif, diharapkan memberikan nuansa kesenangan dan pengetahuan secara sinergis.
“Memang patung rekonstruksi homo erectus progresif yang dipajang di Rumah Artefak menjadi salah satu ikon yang menari pengunjung. Silahkan kalau akan swafoto, tetapi hati-hati jangan sampai merusak patung,” ungkapnya.
Pihaknya berharap, kedepan Rumah Artefak menjadi salah satu tujuan kunjungan publik yang ingin memperdalam pengetahuan alam, budaya, dan sejarah manusia.
Kemudian, Rumah Artefak menjadi pilot project percontohan museum mini yang cukup informatif dan menarik.
Berikutnya, Rumah Artefak menjadi ruang diskursus berbagai studi ilmu yang akan menguatkan dan memperkaya generasi muda pada pendidikan, budaya, kesenian, dan pariwisata yang menjadi kebanggaan Blora.
Pihaknya berterimakasih kepada BPSMP Sangiran yang telah memberikan bantuan teknis berupa penataan display koleksi yang dimiliki Rumah Artefak.
“Kita selama ini banyak mendapatkan bantuan teknis, ini bukan yang pertama, tapi kita memang ada beberapa kali bantuan teknis yang semacam ini, termasuk bantuan pelatihan pada teman-teman untuk perawatan terhadap temuan-temuan kita. Kita banyak dibantu, terima kasih BPSMP Sangiran,” ungkapnya.
Dirinya berkeinginan bahwa Rumah Artefak yang ada di Blora adalah sebagai embrio berdirinya museum.
“Semoga segera bisa menempati ruang yang lebih luas dan repesentative, sebagai museum Blora,” harapnya.
Hal itu, karena di perda tentang cagar budaya merupakan amanat bahwa kita harus punya museum ini agar tercapai pelestarian dan pemanfaatan cagar budaya sesuai amanah UU No 11 tahun 2010 Tentang Cagar Budaya dan UU No 5 tahun 2017 Tentang Pemajuan Kebudayaan.
Untuk diketahui, di Rumah Artefak tersimpan sekitar 200 buah benda cagar budaya dari empat peradaban, mulai masa Prasejarah, masa Klasik Hindu Budha, masa Islam hingga masa Kolonial, yang sehari hari dijaga dan dirawat oleh petugas dari Dinporabudpar Blora.
Selain sebagai tempat penyimpanan artefak, di Rumah Artefak juga melaksanakan kegiatan perawatan dan konservasi benda cagar budaya, yang ditangani oleh para staf seksi sejarah kepurbakalaan, yang telah mendapatkan pelatihan di BPSMP (Balai Pelestarian Situs Manusia Purba) di Sangiran, BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Provinsi Jawa Tengah, dan lain-lain.
Ratusan benda cagar budaya di rumah artefak ini sebagian besar berasal dari hibah oleh masyarakat yang tergabung dalam komunitas FPSBB (Forum Peduli Sejarah Budaya Blora), dari hasil riset oleh BPSMP Sangiran di Blora.
Serta beberapa koleksi Pemkab yang berasal dari temuan masyarakat yang diapresiasi dalam bentuk ganti untung.
Koleksi rumah artefak berupa fosil-fosil dari kepala banteng, kepala kerbau, gading gajah purba, peralatan manusia purba, perhiasan bekal kubur Kalang, arca dari masa klasik, peralatan dan berbagai senjata dari masa Islam serta kolonial.
Koleksi itu terus bertambah karena makin kuatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pelestarian cagar budaya untuk anak cucu ke depan.
Kegiatan konservasi serta perawatan di rumah artefak berjalan terbuka dan masyarakat yang tertarik bisa belajar bersama, bagaimana menangani benda cagar budaya sesuai standart perawatan yang benar. (Tg).