fbpx

PETANI BLORA REMUK, HARGA GABAH ANJLOK

Kepala UPT Pertanian Kedungtuban bersama Danramil 08 Kedungtuban memantau lahan pertanian untuk Panen Raya Padi hari Kamis (18/01) mendatang.

Blora  – Menginjak musim panen yang seharusnya menjadi tumpuan bagi petani untuk menuai hasil dari sawah justru harga gabah di Blora malah anjlok dan membuat petani mengeluh.

Seorang petani asal Desa Plumbon, Kecamatan Ngawen, Nyami (40) mengatakan, harga gabah basah dari sawah yang baru saja dipanen hanya tembus di angka Rp 2.900 sampai Rp 3.300 per kilogramnya. Padahal tahun lalu, gabah basah dari sawah mampu tembus Rp 4.000 atau lebih per kilogramnya.

“Harga gabah remuk mas, ajur. Ini banyak petani bingung jual panennya kemana,” ujarnya, Senin (08/03)

Disamping harga anjlok, petani juga harus berpikir lebih keras dengan kondisi hasil panennya yang basah karena cuaca yang seringkali hujan saat panen.

“Sementara kita proses sendiri, mau gimana lagi mas, nggak ada bakul yang mau beli kalau gabahnya basah begini,” tambahnya.

Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Blora, Sudarwanto, mengungkapkan harga gabah anjlok terjadi di semua wilayah di Kabupaten Blora. wilayah yang seharusnya menjadi surplus gabah malah bingung dengan hasil panennya. Dia menduga, anjloknya harga gabah karena pandemi Covid-19 yang mengakibatkan harga jual berada pada titik nadir paling rendah. 

“Memprihatinkan mas, Petani hanya bisa mengeluh, ditambah pemerintah malah impor beras. Ini harus dikaji ulang, karena ini akan menjadi gaduh di kalangan bawah,” ungkapnya.

Selain itu, merosotnya harga gabah diperparah karena sebelumnya sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi. Kalaupun ada, stoknya sangat terbatas. Akhirnya sebagian petani beralih  menggunakan pupuk nonsubsidi.

“Mbuh mas, wong tani remuk, masalahnya kompleks. Ini butuh keberanian pemerintah mas, karena bulog pun gak bisa apa-apa karena regulasi.” tandasnya. (Spt)