fbpx

RIBUAN PESANGGEM DI BLORA TOLAK AGROFORESTY TEBU MANDIRI

Pesanggem (Petani Penggarap Lahan Hutan).

Blora, BLORANEWS – Lebih dari 20 ribu pesanggem (petani penggarap lahan hutan) di wilayah Blora menolak adanya program Agroforesty Tebu Mandiri (ATM). Pesanggem merasa dirugikan karena mereka menggantungkan kebutuhan di hutan.

“Kamu merasa program tersebut tidak pro petani. Jika lahan hutan beralih menjadi tebu, maka sumber pendapatan petani jagung, padi, polowijo, bio farmaka, holtikultura dan banyak potensi lainnya hilang. Kami petani sudah menggarap bertahun-tahun sangat dirugikan,” ungkap Koordinator Kelompok Tani Hutan Blora Mul Giyanto kepada wartawan di pendopo Samin Surosentiko Klopoduwur Blora, Senin (2/10/2023).

Dia mengatakan di Blora ada 57 Kelompok Tani Hutan (KTH) dan Gabungan Kelompok Tani Hutan (Gapoktanhut) yang didampingi. Dia menyayangkan program ATM dari perhutani tersebut sangat merugikan warga yang selama ini menggarap lahan hutan selama puluhan tahun.

“Kami menggarap lahan hutan sudah bertahun-tahun. Jika lahan dijadikan tebu, nasib petani bagaiamana. ATM hanya menguntungkan pihak tertentu tidak pro petani,” terang pendamping dari Perkumpulan Rejo Semut Ireng ini.

Di Kabupaten Blora mayoritas wilayahnya diselimuti oleh hutan. Terdapat beberapa Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) perum perhutani. Administratur KPH Cepu Mustopo melalui Humas KPH Cepu Ari Susanto mengatakan bahwa program ATM di wilayah Cepu belum terealisasi dan belum aada kepastian. Dia juga mengatakan program ATM ini masih direncanakan.

“Program ATM belum berjalan. Realisasi kapan juga belum tahu. Ini jadi atau tidak belum ada kabar. (Masih rencana) itu yang saya ketahui,” jelasnya.

Dikonfirmasi terpisah, Humas Perum Perhutani KPH Randublatung Setu mengatakan belum ada program ATM yang terealisasi di wilayah KPH Randublatung.

“Untuk program ATM di Blora tergantung dari masing-masing KPH njih, mengingat ada beberapa KPH yang ada di Blora. Dan KPH Randublatung tidak ada kegiatan ATM sampai saat ini,” ucapnya. (Jam)