fbpx

SEPUTAR NAMA JALAN DI BLORA : DARI ABU UMAR SAMPAI KOLONEL SUNANDAR

Tugu Pancasila Blora
Tugu Pancasila merupakan salah satu ikon perjuangan rakyat Blora

Blora ( 12/04/2016 ) Nama para pahlawan nasional seringkali diabadikan menjadi nama jalan atau bangunan – bangunan publik. Selain untuk memberikan kesan heroik pada tempat yang diberi label nama pahlawan, hal ini juga memudahkan bagi para penduduk kota tersebut untuk mengidentifikasi tempat yang dimaksud. Demikian pula dengan Kabupaten Blora, banyak bangunan dan fasilitas publik yang diberi nama para pahlawan atau tokoh yang dipandang memiliki prestasi yang membanggakan. Sebut saja Gedung Jero Wacik di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi di Cepu, selain itu di jantung kota Blora berdiri megah gedung yang bernama Samin Surosentiko.

gedung samin surosentiko blora
Samin Surosentiko di abadikan menjadi nama sebuah gedung di Kompleks Perkantoran Sekda Blora

 

Jika anda warga kota Blora, atau paling tidak anda pernah mengunjungi kompleks perumahan di sekitar alun – alun kota Blora anda akan akrab dengan nama jalan Abu Umar dan Agil Kusumodyo. Jalan abu umar merupakan jalan yang menghubungkan antara alun – alun Blora sampai lapangan Bhayangkara. Sedangkan jalan yang menghubungkan antara perempatan Biandono sampai tikungan tajam di depan lapangan Golf Mustika Blora.

Agil Kusumodyo merupakan Komisaris Polisi asal Kabupaten Pati yang menjadi korban dalam peristiwa Affair Madiun yang terjadi di Blora. Monumen untuk mengenang terbunuhnya Komisaris Polisi Agil Kusumodyo terletak di jalan Blora – Randublatung. Sedangkan Abu Umar  adalah salah satu dari lima tokoh Blora yang diculik dan dibunuh oleh PKI di desa Pohrendeng, Kecamatan Tunjungan. Lima tokoh perlawanan Blora terhadap PKI dalam peristiwa Affair Madiun adalah Oetoro, Gunandar, dr Susanto, Mr. Iskandar dan Abu Umar.

Jl. abu Umar Blora Kota
Abu Umar merupakan salah seorang pahlawan yang terbunuh dalam peristiwa Madiun Affair di Kabupaten Blora

 

Nama lain yang menjadi nama jalan di Kota Blora adalah Kolonel Sunandar dan Mr. Iskandar. Kolonel Sunandar terbunuh dalam peristiwa Affair Madiun / PKI yang terjadi di Blora. Seperti halnya Komisaris Polisi Agil Kusumodyo, Kolonel Sunandar juga merupakan tentara dari basis perjuangan daerah Pati. Jalan Kolonel Sunandar membentang antara perempatan jalan Halmahera di Kelurahan Jetis sampai pertigaan jalan gunandar di desa Kedungjenar.

Sedangkan Mr. Iskandar adalah presiden Landraad ( Pengadilan Negeri pada jaman pemerintahan kolonial Hindia Belanda ) Kabupaten Blora. Setelah Indonesia merdeka pada 1945, Mr Iskandar dipercaya menjadi Bupati Blora. Dengan kata lain, Mr. Iskandar merupakan bupati pertama Kabupaten Blora pada saat Indonesia Merdeka. Mr. Iskandar menjadi Bupati Blora tidak untuk waktu yang lama, melainkan hanya tiga tahun saja. Pada 1948 Mr. Iskandar diculik dan dibunuh dalam peristiwa Madiun Affair di Kabupaten Blora.

Jalan Mr. Iskandar membentang dari alun – alun selatan Blora, melewati Pasar Tradisional kabupaten Blora sampai pertigaan jembatan sungai Lusi. Sebelah utara jembatan Sungai Lusi adalah jalan Mr. Iskandar sedangkan sebelah selatan jembatan Sungai Lusi adalah jalan Blora – Randublatung.

Jl. Mr. Iskandar kota Blora
Mr. Iskandar merupakan Presiden Landraad yang kemudian menjadi Bupati Blora pada 1945 – 1948

 

Beberapa pahlawan nasional juga diabadikan menjadi nama jalan – jalan utama di Kabupaten Blora. Jendral Ahmad Yani merupakan jalan raya yang membentang dari Tugu Pancasila Blora sampai pertigaan desa Karangjati dan  Jalan Jendral Gatot Subroto membentang dari pertigaan pasar tradisional Blora sampai Tugu Merak di Kecamatan Tunjungan.

Sedangkan jalan utama yang menghubungkan antara Tugu Pancasila sampai alun – alun Blora dinamakan dengan Jalan Pemuda, dan dari Tugu Pancasila sampai perempatan desa Bangkle bernama Jalan Jendral Sudirman.

Tugu Pancasila Blora
Tugu Pancasila merupakan salah satu ikon perjuangan rakyat Blora

 

Penamaan jalan dengan nama para pahlawan ini membuat masyarakat Kabupaten Blora dapat mengidentifikasi lokasi yang dimaksud, serta untuk mengenang betapa sebuah kemerdekaan telah mengorbankan para kusuma bangsa yang abadi nama dan jasanya.

Reporter          : Amin Mahrus S

Fotografer        : Az Zulfa