Jati- Mengajar para santri di Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) bukanlah hal yang mudah, apalagi di pelosok desa di tengah hutan. Pengalaman ini dirasakan para mahasiswa KKN STAI Al Muhammad Cepu saat bertugas di Desa Bangkleyan Kecamatan Jati Kabupaten Blora.
“Di desa ini, ada 12 TPQ. Ada pula dusun yang belum ada TPQ-nya. Memang tidak mudah mengajar TPQ di Desa Bangkleyan,” kata Koordinator KKN Desa Bangkleyan, Nur Ihsanudin, Senin (09/12).
Diketahui bersama, Desa Bangkleyan terletak di ujung selatan Kabupaten Blora berbatasan dengan Kabupaten Ngawi. Lokasinya berada di tengah hutan, dan berjarak sekitar 1 jam perjalanan sepeda motor dari perempatan Doplang Kecamatan Jati.
“Banyak juga para guru yang belum memakai metode khusus. Jadi, butuh waktu lama bagi santri untuk dapat membaca Al Qur’an karena masih menggunakan cara tradisional,” imbuhnya.
Sehingga, tim KKN STAI Al Muhammad untuk Desa Bangkleyan menginisiasi penataran untuk melatih para guru TPQ setempat terkait metode An Nahdliyah. Metode An Nahdliyah adalah cara mengajar membaca Al Qur’an yang dikemas secara berjenjang, mulai jenjang 1 sampai jenjang 6.
“Alhamdulillah, penataran tersebut dihadiri oleh Ketua Majelis Pembina TPQ An Nahdliyah Blora, KH Abdul Chalim Mujtaba,” pungkasnya.
Sementara, salah satu peserta penataran,Suradi Haqqu Muiz (35) mengaku baru kali ini mengikuti penataran An Nahdliyah. Sebelumnya, dia mengajar dengan cara tradisional. Dia yakin, metode ini akan membuat anak didiknya mampu membaca Al Qur’an lebih cepat.
“Insyaallah bisa lebih cepat. Ini metode yang baru bagi kami. Semoga, nantinya ada penataran lanjutan,” harapnya. (jml)
