fbpx

TINGKATKAN KUALITAS PEMILU, PEMILIH PEMULA IKUTI PENDIDIKAN POLITIK

Sugie Rusyono, anggota Panwaskab Blora mengungkapkan, keberhasilan pelaksanaan pilkada tidak hanya ditandai dengan terpilihnya kepala daerah. Namun juga proses pemilu yang berlangsung berkualitas dan berintergitas, yang diawasi secara langsung oleh masyarakat.

Blora – Seratusan pelajar dan pemuda perwakilan Desa se Kecamatan Kunduran mengikuti pendidikan politik untuk para pemilih pemula. Diharapkan para pemilih pemula akan ikut mewujudkan pilkada yang berintegritas, sehingga menghasilkan pemilu berkualitas dan bermartabat.

Pendidikan politik bertema “Pemilu Serentak Untuk Penguatan Sistem Presidensiil” itu, digelar Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Blora. Untuk meningkatkan partisipasi pemilih pada Pemilihan Gubernur Jateng pada 27 Juni 2018 mendatang. Juga menumbuhkan rasa tanggungjawab, akan hak pilih bagi setiap pemilih pemula demi kelangsungan demokrasi.

 

Sugie Rusyono, anggota Panwaskab Blora mengungkapkan, keberhasilan pelaksanaan pilkada tidak hanya ditandai dengan terpilihnya kepala daerah. Namun juga proses pemilu yang berlangsung berkualitas dan berintergitas, yang diawasi secara langsung oleh masyarakat.

 

Kepala Kantor Kesbangpol, Achmad Nur Hidayat mengatakan, pendidikan politik kali ketiga ini pada awal tahun 2018 ini digelar di Aula Kecamatan Kunduran. Sasarannya adalah para pelajar di SMA, MA dan SMK se-Kabupaten Blora.

“Program pendidikan politik ini, untuk memberikan informasi dan pemahaman kepada para calon pemilih pemula pentingnya Pilkada dan mekanismenya. Agar pemilih pemula yang masih bersih ini, terhindar dari berbagai kepentingan yang cenderung banyak melakukan cara-cara melanggar. Seperti adanya money politik,” kata Nur Hidayat, dalam sambutannya di Pendopo Kecamatan Kunduran, Rabu (7/2/2018).

Untuk itu, M Hamdun, anggota KPU Kabupaten Blora, menyebutkan bahwa pemilih pemula saat ini jumlahnya sangat besar. Yakni kurang lebih lima persen dari seluruh pemilih.

Sehingga, “pemilih pemula harus menjadi subjek politik dalam pemilu, untuk pencerdasan politik. Tidak sebatas jadi objek. Sudut padang ini untuk menempatkan pemilih pemula pada ruang politik yang lebih luas. Tidak asal ikut tanpa kepahaman dan kesadaran tentang proses politik,” papar Hamdun.

Ia menekankan, pemilih pemula agar tidak acuh pada proses politik. Sebab, pemilu menjadi bagian dari upaya untuk mencapai kesejahteraan. Jika dalam prosesnya ada money politik, pemilih pemula harus menjadi pelopor untuk menolaknya. Juga melaporkan kepada yang berwenang.

“Untuk menjadi subjek, kita mulai dari diri sendiri dengan menggunakan hak pilih secara cerdas. Serta mendorong orang disekitar kita secara aktif untuk berpartisipasi dalam pemilu,” tandasnya.

Sementara itu, Sugie Rusyono, anggota Panwaskab Blora mengungkapkan, keberhasilan pelaksanaan pilkada tidak hanya ditandai dengan terpilihnya kepala daerah. Namun juga proses pemilu yang berlangsung berkualitas dan berintergitas, yang diawasi secara langsung oleh masyarakat.

Oleh karena itu, dibutuhkan peran serta dan tanggung jawab semua komponen masyarakat untuk mengawal dan menjaga demokrasi. Sehingga harus dilakukan sesuai etika politik yang baik dan benar.

Hal senada disampaikan Joko J Prihatmoko, Dosen FISIP Unwahas Semarang, bahwa pemilu sebagai wujud kedaulatan rakyat untuk menentukan pemimpin dan kebijakan publik. “Pemilu yang berkualitas, menjunjung tinggi kedaulatan universal. Yaitu, keterbukaan akses bagisetiap warga untuk menggunakan hak pilih. Dalam arti, seluruh warga memiliki hak pilih dan ditegakkannya prinsip kesetaraan hak pilih antar warga,” katanya.

 

Reporter : Ngatono