fbpx

UNIK, TRADISI PASANG KETUPAT DI PINTU RUMAH

Blora- Ada tradisi menarik dalam perayaan lebaran Ketupat yang berlangsung sepekan usai puncak perayaan Hari Raya Idul Fitri. Salah satunya, menggantung ketupat dan sajian lainnya di pintu-pintu rumah.

 

Lebaran ketupat dirayakan sepekan usai puncak hari Raya Idul Fitri

 

“Ketupat digantung di pintu rumah. Ini sudah tradisi di sini,” ucap Andri, warga Randublatung kepada Bloranews.com, Senin (10/06).

Terkait makna menggantungkan ketupat, lepet (jajanan dari ketan pelengkap ketupat, red), dan lopis (nama jajanan) pada pintu rumah, Andri mengaku belum tahu pasti. Menurutnya, tradisi ini telah diwariskan dari orang-orang tua zaman dahulu.

Berdasarkan penelusuran Bloranews.com, tradisi menggantungkan ketupat di pintu rumah merupakan wujud penghormatan kepada anggota keluarga yang telah meninggal dunia. Jumlah ketupat yang digantung, sesuai dengan jumlah anggota keluarga yang telah lebih dulu tiada.

Ketupat sendiri, menurut HJ de Graaf dalam bukunya Malay Annal seperti dikutip NU Online, merupakan simbol perayaan Hari Raya Islam pada masa pemerintahan Demak yang dipimpin Raden Patah awal abad XV.

Ketupat dengan bungkus janur (daun kelapa yang masih muda) berfungsi untuk menunjukkan identitas Nusantara, negeri pesisir yang banyak tumbuh pohon kelapa. Filosofi dari janur kuning menurut orang Jawa sebagai tolak bala (baca: kejelekan).

Slamet Suryono dalam Kamus Pepak Bahasa Jawa mengartikan ketupat atau kupat adalah “ngaku lepat” atau mengaku bersalah. Layaknya tradisi nusantara, sepanjang bulan Syawal, halal bi halal denga saling meminta maaf atas kesalahan merupakan makna dari kata ngaku lepat. (Dhina)