fbpx
OPINI  

WAHAI IBU, KEMBALILAH PADA FITRAHMU

WAHAI IBU, KEMBALILAH PADA FITRAHMU
Ilustrasi

Dampak PEP Picu Problem Sosial

Pelaksanaan program  PEP sangat dirasakan dampaknya oleh tiap anggota keluarga antara lain; Pertama. Penurunan kualitas peran Ibu dalam keluarga sebagai ummu wa robbatul baiti. Waktu pengasuhan dan perhatian untuk buah hati  menjadi  berkurang, beralih ke pengasuhan oleh  baby sitter.

Kedua, Berkurangnya ketaatan  istri terhadap suami. Yang merebak saat ini terjadi, di saat istri memiliki penghasilan  sendiri, apalagi lebih tinggi dari suami.

Ditambah lagi terpengaruh oleh pemahaman bahwa hukum ketaatan istri kepada suami bertentangan  dengan konsep kesetaraan  gender. Ketaatan dipandang sebagai bentuk subordinat perempuan  dihadapkan laki laki.

Alhasil sudah tidak ada lagi alasan istri takut suami atau rendah diri dihadapkan suami karena sudah merasa memiliki  pendapatan sendiri.

Sementara pada suami memunculkan  rasa ketidakpercayaan diri bahkan bisa memunculkan rasa malas untuk menafkahi keluarganya akhirnya menurunkan  rasa tanggung jawab. Yang akhirnya inilah penyebab suami merasa keadilan dihadapkan istrinya.

Ketiga, pengangguran para suami tetap tidk terselesaikan. Pemberdayaan ekonomi lebih memilih perempuan bekerja karena asumsi lebih teliti, tekun, dan sabar. Pengaguran laki laki ini akan memunculkan  stress sosial yang mengakibatkan  ketidakstabilan lingkungan.  Perempuan  bekerja sementara  laki laki menganggur.

Keempat, rawan konflik rumah tangga. Saat perempuan bekerja keluar rumah, tidak sedikit terjadi pertukaran peran urusan domestik-publik. Anak anak kehilangan peran ibu, suami kehilangan peran istri. Akibat hal ini maka rawan memicu konflik, dan ujungnya banyak berakhir  dengan perceraian.

Selain itu, tingginya kenakalan remaja, banyaknya generasi terlibat tawaran, narkoba, pergaulan bebas  akibat dari kurangnya kasih sayang dan perhatian dari keluarga. Sebagaimana yang terjadi di negera-negera Barat, perempuan memang telah terberdayakan secara ekonomi namun mereka harus membayar mahal dengan keharmonisan keluarga dan sakralnya nilai pernikahan.

Sungguh ironis jika simbol Hari Ibu dengan tema perempuan berdaya terus digaungkan namun esensinya justru semakin melunturkan peran semestinya seorang perempuan yang mulia pembangun peradaban.