Dampak PEP Picu Problem Sosial
Pelaksanaan program PEP sangat dirasakan dampaknya oleh tiap anggota keluarga antara lain; Pertama. Penurunan kualitas peran Ibu dalam keluarga sebagai ummu wa robbatul baiti. Waktu pengasuhan dan perhatian untuk buah hati menjadi berkurang, beralih ke pengasuhan oleh baby sitter.
Kedua, Berkurangnya ketaatan istri terhadap suami. Yang merebak saat ini terjadi, di saat istri memiliki penghasilan sendiri, apalagi lebih tinggi dari suami.
Ditambah lagi terpengaruh oleh pemahaman bahwa hukum ketaatan istri kepada suami bertentangan dengan konsep kesetaraan gender. Ketaatan dipandang sebagai bentuk subordinat perempuan dihadapkan laki laki.
Alhasil sudah tidak ada lagi alasan istri takut suami atau rendah diri dihadapkan suami karena sudah merasa memiliki pendapatan sendiri.
Sementara pada suami memunculkan rasa ketidakpercayaan diri bahkan bisa memunculkan rasa malas untuk menafkahi keluarganya akhirnya menurunkan rasa tanggung jawab. Yang akhirnya inilah penyebab suami merasa keadilan dihadapkan istrinya.
Ketiga, pengangguran para suami tetap tidk terselesaikan. Pemberdayaan ekonomi lebih memilih perempuan bekerja karena asumsi lebih teliti, tekun, dan sabar. Pengaguran laki laki ini akan memunculkan stress sosial yang mengakibatkan ketidakstabilan lingkungan. Perempuan bekerja sementara laki laki menganggur.
Keempat, rawan konflik rumah tangga. Saat perempuan bekerja keluar rumah, tidak sedikit terjadi pertukaran peran urusan domestik-publik. Anak anak kehilangan peran ibu, suami kehilangan peran istri. Akibat hal ini maka rawan memicu konflik, dan ujungnya banyak berakhir dengan perceraian.
Selain itu, tingginya kenakalan remaja, banyaknya generasi terlibat tawaran, narkoba, pergaulan bebas akibat dari kurangnya kasih sayang dan perhatian dari keluarga. Sebagaimana yang terjadi di negera-negera Barat, perempuan memang telah terberdayakan secara ekonomi namun mereka harus membayar mahal dengan keharmonisan keluarga dan sakralnya nilai pernikahan.
Sungguh ironis jika simbol Hari Ibu dengan tema perempuan berdaya terus digaungkan namun esensinya justru semakin melunturkan peran semestinya seorang perempuan yang mulia pembangun peradaban.