Blora, BLORANEWS.COM – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Blora masih menyisakan persoalan ketidaksesuaian antara penyaluran anggaran dan sasaran penerima manfaat.
Dalam evaluasi terbaru, satu dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) diketahui telah menerima dana, namun belum memiliki peserta sehingga belum bisa beroperasi.
Hal ini disampaikan Kepala Staf Kodim 0721/Blora, Mayor Infanteri (Inf) Bani, saat menghadiri Rapat Koordinasi Program MBG di Pendopo Rumah Dinas Bupati Blora, Jawa Tengah, Senin (13/10/2025).
Dalam laporannya, Bani menyebut dari total alokasi 73 dapur SPPG, sebanyak 55 dapur sudah berjalan. Angka itu menjadikan Blora sebagai kabupaten dengan jumlah dapur aktif terbanyak di Jawa Tengah.
Namun, ia menilai pemerataan penerima manfaat masih belum optimal.
“Namun demikian output-nya itu masih belum seperti yang kita harapkan sebagai contoh untuk pemerataan itu masih banyak daerah-daerah yang belum terjangkau. Sedangkan daerah-daerah perkotaan relatif semuanya sudah dapat, tapi daerah-daerah yang di pedesaan ini masih sangat minim sekali,” kata dia di hadapan para ahli gizi dapur SPPG, kapolsek, danramil dan sejumlah pejabat.
Dalam penyampaiannya, Bani sempat mencontohkan Desa Jatiklampok, Kecamatan Banjarejo, sebagai wilayah yang belum menerima manfaat.
Namun berdasarkan penelusuran Bloranews, per 13 Oktober 2025 siswa SD di desa tersebut sudah mulai mendapatkan MBG. Adapun sasaran untuk PAUD, balita, dan ibu menyusui baru akan dimulai pada 27 Oktober mendatang.
Ia juga menyoroti kondisi satu dapur SPPG di wilayah Bogorejo yang sudah menerima anggaran tetapi belum memiliki sasaran.
“Tapi di sisi lain di Bogorejo ada satu dapur yang tidak dapat sasaran ini kan sangat ironis. Satu sisi bingung sudah kelebihan, satu sisi satu dapur sudah terima uang tetapi belum bisa operasional. Nah ini sebagai contoh sudah dua minggu terima uangnya, belum bisa operasional karena belum ada sasarannya,” terang dia.
Bani meminta agar pemerataan penerima manfaat menjadi perhatian serius, terutama bagi wilayah yang belum tersentuh program.
“Ini menjadi catatan khusus katanya apa kalau dilihat secara kuantitasnya kita sudah tinggi. Tetapi secara kualitas kemarin masih ditemukan beberapa kejadian-kejadian dan sebagainya,” jelas dia.
Ia juga menyinggung adanya potensi kecemburuan antar dapur akibat perbedaan jumlah peserta.
“Ini menjadi juga harus menjadi catatan kita nanti untuk pemerataan sehingga semuanya bisa melaksanakan tugas ini,” pungkasnya. (Jyk)