PB PMII SAMBUT HARI SUMPAH PEMUDA: REFLEKSI SATU TAHUN KEPEMIMPINAN PRABOWO 

Akhmad Faizin saat menyuarakan pandangan PB PMII terkait evaluasi pemerintahan dalam orasi terbuka.

Jakarta, BLORANEWS.COM – Menjelang Hari Sumpah Pemuda, PB PMII melalui Bidang OKP mengajak semua pihak, terutama pemerintah, untuk menjadikan momen 28 Oktober sebagai refleksi kritis, bukan sekadar perayaan simbolik.

Satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dinilai perlu dievaluasi secara terbuka agar arah pembangunan tetap berpihak pada rakyat dan generasi muda.

Akhmad Faizin dari Bidang OKP PB PMII menyebut, sejumlah agenda dalam Asta Cita memang sudah dijalankan, seperti pembangunan infrastruktur, penguatan pertahanan, serta keberlanjutan hilirisasi industri.

Program sosial seperti ketahanan pangan dan perlindungan masyarakat juga ikut berjalan. Namun, menurutnya, kinerja tidak bisa hanya diukur dari narasi keberlanjutan program.

Dalam pandangannya, masih banyak catatan penting yang tak boleh dilewatkan.

“Kita melihat belum ada terobosan signifikan dalam penanganan ketimpangan ekonomi antarwilayah, serta masih lemahnya penciptaan lapangan kerja yang layak bagi generasi muda. Pemerintah juga perlu memperkuat transparansi dan akuntabilitas kebijakan publik agar tidak terjebak pada politik simbolik dan proyek populis semata,” ujarnya, (11/10/2025).

PB PMII menegaskan bahwa pemerintah harus siap menerima kritik sebagai bagian dari proses memperbaiki kebijakan. Bagi mereka, keterlibatan generasi muda tidak boleh berhenti pada level partisipasi seremonial.

Anak muda harus diposisikan sebagai penggerak, pengawas, dan mitra strategis dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan nasional.

Faizin menyoroti bahwa semangat Sumpah Pemuda tidak lahir dari seremoni atau slogan, tetapi dari keberanian menyatukan pikiran dan tindakan.

“Semangat Sumpah Pemuda 1928 adalah semangat lintas golongan dan gagasan yang melahirkan persatuan ide dan tindakan untuk kemerdekaan bangsa. Di masa kini, semangat itu harus kita hidupkan kembali dalam bentuk partisipasi kritis dan kolaboratif untuk memastikan kepemimpinan nasional berjalan dengan arah yang demokratis, transparan, dan berpihak pada masa depan generasi muda,” tambahnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya keberpihakan nyata terhadap kelompok akar rumput seperti petani, nelayan, buruh informal, dan pelaku usaha kecil.

Menurut PB PMII, jika pembangunan tidak dirasakan lapisan bawah, semangat kebangsaan hanya akan berhenti di pidato.

Faizin menutup dengan ajakan agar peringatan Sumpah Pemuda dijadikan alarm bersama, apakah bangsa ini masih berjalan di jalur persatuan dan kesejahteraan, atau justru terseret oleh euforia kekuasaan. (Jyk)