Ragam Kuliner Khas Blora
Luasnya area hutan jati juga menjadi berkah bagi para pemburu kuliner. Memasuki musim hujan, antara bulan November hingga Januari bermunculan ulat jati. Ulat ini akan bermetamorfosis menjadi kepompong, yang oleh warga Blora biasa disebut Enthung atau Ungker.
Kepompong ulat jati,alias Ungker ini, dapat dimasak menjadi lauk. Akhir-akhir ini, banyak penjual ungker bermunculan.
Selain ungker, berikut ini ragam kekayaan kuliner khas Blora. Diantaranya Soto Klethuk, Sate Ayam, Sate Kambing, Lontong Tahu, Wedang Cemohe, Sego Kobong, Opor Ayam, dan Nasi Pecel Godhong Jati. Untuk minumnya, di Blora ada Kopi Santan dan Kopi Kothok.
Destinasi Wisata Alam
Bentang alam Kabupaten Blora juga cukup memikat. Meski sebagian besar berada di dataran rendah, di beberapa lokasi terdapat perbukitan yang menarik untuk dijelajahi. Blora juga memiliki waduk-waduk dengan panorama yang indah dan air terjun yang mengagumkan.
Berikut ini destinasi wisata Blora yang menarik untuk dikunjungi. Diantaranya Loko Tour (Cepu), Bukit Janjang (Jiken), Bukit Manggir (Todanan), Bukit Pencu (Bogorejo), Goa Terawang (Todanan), Goa Sentono (Kradenan).
Selain itu, ada pula Waduk Bentolo (Todanan), Waduk Tempuran (Blora Kota), Waduk Greneng (Tunjungan), dan Air Terjun Kedungmansur (Banjarejo).
Budaya Dan Tradisi Samin
Budaya Samin selalu menarik untuk diperbincangkan. Tokoh utamanya, Ki Samin Surosentiko yang dipercaya telah melakukan perlawanan terhadap kekejaman kolonial. Selain memiliki budaya dan tradisi yang khas, Samin kerap menjadi obyek kajian para peneliti ternama.
Salah satu kajian tentang Samin, dilakukan oleh peneliti jebolan Australian National University, Amrih Widodo. Kajian tersebut berjudul Changing The Cultural Landscape Of Local Politics In Post-Authoritarian Indonesia: The View From Blora, Central Java: Decentralisation & Democratisation.
Dalam kajian ini, Amrih menyebutkan gerakan Samin merupakan fenomena sosial yang tertua di Asia Tenggara. Gerakan ini muncul sebagai gerakan petani proto-nasionalisme yang semakin mekar akibat kekejaman pemerintah kolonial di abad XIX.
(Penulis : Devi Kurnia warga Desa Patalan, Kecamatan Blora Kota, Kabupaten Blora)