Imam Fatawi dan Blora
T: Seringkah Kang Imam pulang ke Blora?
J: Sebisa mungkin, kalau sela saya pulang ke Blora. Hanya karena masih masa istri hamil sampai melahirkan, di rumah mertua di Blitar saja. Saya belum juga bisa pulang ke Blora. Habis ini, akan seperti biasanya, kalau sebulan sekali ingin nengok rumah Blora.
T: Pulang Ke Blora, biasanya untuk agenda apa?
J: Agendanya ya hanya tilik keluarga aja. Kangen-kangenan sama bunda, kakak, keponakan, dan tetangga seperti orang pada umumnya. Karena saya ‘kan memang orang biasa.
Saya men-stell diri jadi biasa sejak dini, karena hidup itu bisa naik turun. Tak selamanya orang akan di atas terus. Maka, mending waspada, njagani kalau-kalau tiba saatnya, akan biasa lagi.
Dan uniknya, justru dengan men-stell diri biasa seperti ini, kepercayaan publik terus saja menempel. Undangan acara Maiyah dari berbagai penjuru Nusantara, ada terus. Dimana, saya yang orang kecil ini, katut kecacut oleh komunitas Kyai Kanjeng dengan forum dan atmosfer Maiyah.
Kemudian, sekarang menamakan forumnya menjadi Ngaji Bareng, dan Sinau Bareng, tak lekang zaman dari tahun ke tahun. Ada saja yang mngundang.
Jadi, kami di Kyai Kanjeng, malah enggak mengenal postpower syndrom. Karena, sejak awal setelan hati kami ini memang sebagai orang biasa, bukan artis. Dan Tuhan yang mengawetkannya di hati publik karena setelan biasa tadi. Barangkali demikian.
T: Jika sedang di Blora, tempat-tempat mana saja yang Kang Imam kunjungi?
J: Saya sering main ke Alun-alun Blora, makan sate di selatan alun-alun. Sekarang makin tambah ya warung satenya. Juga ke warung lontong tahu, njajan di Tirtonadi
T: Menurut Kang Imam, dari banyak seni budaya dan ciri khas Blora, apa yang paling menarik?
J: Budaya Sikep, ya karena dengan natural dan lugasnya khas Sikep. Orang samin asli sendiri, saya dengar lebih suka dipanggil sebagai wong sikep.
Bisa bikin adem saat berbicara dengan wong sikep. Saya memang kurang mendalam tentang ini. Maaf, hanya saya merasakan bias-biasnya aja, atau apa ya istilahnya yang tepat. Ketika kadang bertemu mereka wong sikep tersebut, dan yang muncul dalam ekpresi kehidupan sehari-hari masyarakat umum di sekitar kita sendiri, di Blora.
Saya juga suka kesenian Barongannya. Saya teringat masa kecil, nangis diuber-uber barongan, haha.
T: Dalam waktu dekat, Blora akan memiliki wakil rakyat baru (hasil Pileg 2019). Adakah harapan Kang Imam kepada wakil rakyat Blora nantinya?
J: Saya mendoakan, semoga yang terpilih adalah yang terbaik. Jika sudah terpilih, semoga bisa menjaga amanah. Ingat tugas kedepan menjadi khoirun nass anfa’uhum linnas (manusia terbaik, adalah manusia yang bermanfaat bagi sesamanya, red).
T: Apa kesibukan Kang Imam saat ini, diluar Kyai Kanjeng? ceritakan secara singkat.
J: Momong, ngawal thole, anak saya yang baru tiga bulan. Menemani istri yang hobi merajut tas, bikin jilbab, dan hobi memasak. Bila keadaan sudah memungkinkan, kembali berjualan.
Dan bila kondisi dan mood saya kembali pulih, saya punya hobi melukis wajah karena itu hobi sejak kecil. Kalau waktu saya sudah sela, baru saya kembali menekuni ini juga.
Melukis wajah, bagi saya adalah oase kebahagiaan saya. Walau di sisi lain tentang hal ini, saya masih harus belajar banyak, tapi tak apa, itu sambil berjalan nanti. (one)