Blora- Kiprah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam mengawal perjalanan Indonesia tak dapat dipandang sebelah mata. Sejak awal berdirinya pada 5 Februari 1947 silam, HMI konsisten terlibat aktif dalam menentukan pergerakan masa depan bangsa.
Ketua Umum (Ketum) Badan Koordinasi (Badko) HMI Jateng-DIY, Sahal Munir menegaskan, sudah semestinya segenap warga negara berhimpun dan berkolaborasi untuk terlibat aktif dalam menentukan arah pergerakan masa depan bangsa, Selasa (05/02).
“Menjadi kader HMI adalah langkah strategis bagi kita. 72 tahun HMI senantiasa merawat simpul keislaman, keindonesiaan, kemahasiswaan dalam rangka menjaga martabat bangsa Indonesia,” tegasnya.
Terpisah, Ketum Pengurus Cabang (PC) HMI Kabupaten Blora, Ahmad Mustakim menilai, dewasa ini perjuangan organisasi dengan bendera Hijau-Hitam ini semakin tak mudah. Pasalnya, apatisme mahasiswa sebagai basis perjuangan makin hari makin tumpul.
“Kami tidak menutup mata dengan berbagai fenomena yang ada. Meski kita sadar, mahasiswa atau dunia kampus dewasa ini jarang yang secara tajam merespon kondisi ini,” akunya.
Salah satu indikator tumpulnya perjuangan mahasiswa, menurut Mustakim, adalah lemahnya perhatian kaum intelektual lokal Blora terhadap berbagai isu kekinian. Sehingga, mahasiswa tak ubahnya hanya memikirkan tentang profesi dan kehidupan pribadinya.
“Sederhananya seperti ini, mahasiswa di lokal kita cenderung memilih menyelesaikan kuliah dengan cepat dan mendapatkan secarik ijazah. Harapannya, mendapatkan pekerjaan atau dapat bekerja sebagai karyawan. Ini tidak salah, namun tugas kaum intelektual lebih besar dari itu,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Mustakim mencontohkan, minat mahasiswa berkiprah di dunia jurnalistik yang sarat dengan tradisi pemikiran tak banyak dipilih. Meski, ada sejumlah alumni HMI yang mendedikasikan dirinya di bidang ini.
“Tiap hari, dunia milenial digempur dengan berbagai informasi, yang tak jarang merupakan kabar bohong, atau hoaks. Di sini, perjuangan kader kita di bidang jurnalistik menjadi signifikan,” tambahnya.
Menurutnya, justru di dunia jurnalistik yang penuh dengan tantangan dan pergulatan, akan menjadikan mahasiswa lebih peka dan peduli terhadap berbagai fenomena sosial yang ada. Apa lagi, di tengah pesta demokrasi dewasa ini.
“Banyak lahan garap yang harus kita kerjakan. Di bidang jurnalistik, intelektual dan kajian, atau sektor-sektor lainnya. Intinya, kita rawat simpul keislaman, keindonesiaan, dan kemahasiswaan untuk menjaga martabat bangsa,” pungkasnya. (mer)