Surakarta, BLORANEWS.COM – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menyatakan siap mendukung pelaksanaan konsep aglomerasi Solo Raya. Dukungan ini diwujudkan melalui kemudahan dalam proses perizinan investasi di wilayah Solo dan sekitarnya, serta peningkatan infrastruktur yang menunjang.
Konsep aglomerasi Solo Raya ini bertujuan memperkuat investasi melalui konsentrasi kegiatan ekonomi di wilayah Solo. Kota Surakarta diandalkan sebagai pusat, sementara Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, Klaten, Sragen, dan Wonogiri berfungsi sebagai penopang.
“Gagasan aglomerasi Solo Raya memungkinkan kawasan ini dipikirkan secara terpadu, bukan parsial. Semua daerah didorong untuk menjadi pusat dan penopang ekonomi,” ungkap Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sumarno, dalam acara Focus Group Discussion (FGD) Optimalisasi Aglomerasi Solo Raya di Hotel Paragon, Kota Surakarta, Jumat (25/10/2024).
Sumarno menambahkan, keberhasilan aglomerasi Solo Raya diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain di Jawa Tengah, seperti Banyumas Raya, Tegal Raya, dan Semarang Raya.
Dalam kesempatan tersebut, Sumarno juga mengingatkan agar seluruh pemangku kepentingan yang terlibat memperhatikan dampak lingkungan dalam pembangunan kawasan aglomerasi ini.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Tengah, Harry Nuryanto Soediro, menilai enam wilayah dalam aglomerasi Solo Raya memiliki potensi ekonomi yang besar. Potensi ini terutama berasal dari sektor industri, yang mampu menyerap tenaga kerja dan mendorong peningkatan investasi di Jawa Tengah.
“Langkah strategis ini diharapkan mampu membentuk ekosistem ekonomi yang lebih tangguh dan berkelanjutan di Solo Raya,” ujarnya.
Di sisi lain, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM, Nurul Ichwan, mengungkapkan bahwa wilayah Solo Raya menyumbang 19 persen dari total realisasi investasi di Provinsi Jawa Tengah.
Selama periode 2019 hingga Triwulan III 2024, investasi terbesar di kawasan Solo Raya dicatat oleh Boyolali dengan Rp20.265 miliar, disusul oleh Klaten sebesar Rp9.915 miliar, Karanganyar Rp8.722 miliar, Sukoharjo Rp4.339 miliar, Wonogiri Rp8.261 miliar, Sragen Rp4.406 miliar, dan Kota Surakarta Rp3.657 miliar.
Nurul menjelaskan, konsep aglomerasi Solo Raya akan mengembangkan ekosistem industri ekstraktif yang mengutamakan pemanfaatan sumber daya alam, seperti perkebunan dan perikanan, serta industri jasa yang berpusat di Surakarta. (Dj)