Kota ( 03/02/2016 ) Kabupaten Blora dikaruniai kekayaan alam yang melimpah – ruah. Mulai dari panorama di puncak – puncak tertinggi Blora, sampai lembah – lembah pertanian nan subur. Di dalam perut bumi Kabupaten Blora terkandung minyak bumi dan di permukaannya terhampar barang tambang dan hasil alam yang kaya. Tak hanya itu, hampir di setiap desa di Kabupaten Blora terdapat hutan Jati yang menghijaukan Kabupaten Blora. Gambaran kekayaan alam ini menginspirasi para seniman Blora untuk menggambarkannya dengan banyak cara, salah satunya dengan menggoreskan kekayaan alam ini pada lembaran – lembaran kain, Batik Blora.

Eni Martini ( 33 ), Seniman sekaligus pengusaha batik Blora ini menggambarkan kekayaan alam Blora melalui hasil karyanya. Beragam motif dan corak dia hasilkan melalui tangan terampilnya. Mulai dari motif Barongan, Motif Daun Jati, Motif Lingkaran Tahun pada batang – batang pohon jati yang telah dipotong, Motif Gelam ( kulit pohon Jati ) dan Motif Akar Jati berbaris rapi di etalasenya.
Mbak Een ( Panggilan akrab Eni Martini ) membuka rumah mode bertajuk “ Mbak Een Production “ di Jantung Kota Blora, Jalan Gunandar Rel Ban no.22 Kota Blora. Dibantu suami tercinta, Andri Eko Siswanto dan lima puluh karyawannya, Mbak Een memperkenalkan seni Batik Blora ke banyak kota di tanah air.
Selain merupakan kegiatan pengenalan budaya Blora, menggiati Batik Blora merupakan pilihan profesinya. Untuk setiap produk yang berhasil dijual, Mbak Een mendapatkan keuntungan sebesar sepuluh persen. Keuntungan tersebut diluar gaji karyawan dan biaya produksi.
Minat Mbak Een pada dunia seni busana dimulai sejak tahun 2003, tepatnya ketika Mbak Een memutuskan untuk berkuliah di Akademi Kesejahteraan Sosial Ibu Kartini, Semarang. Keputusan ini tidak salah, terbukti dalam proses pendidikannya, Mbak Een tercatat sebagai salah satu mahasiswa berprestasi. Selain belajar di institusi yang sejalan dengan bakatnya, prestasi ini semakin terasahah dengan kegemarannya menggambar motif – motif batik khas Jawa.
Tidak lama setelah kelulusannya, Mbak Een segera kembali ke Kabupaten Blora dan menjalankan usaha tata rias dan menjahit pakaian. Pada awal tahun 2009, Mbak Een mendatangkan seorang Tutor dari “ Kota Budaya “ Jogjakarta untuk mendalami seni batik. Dengan bimbingan Sang Tutor, Mbak Een merancang motif – motif batik yang menggambarkan kekayaan alam Blora. Sebagian besar hasil karyanya terinspirasi dari tanaman Jati.
Dukungan dari banyak pihak pun berdatangan. Pada tahun 2010, Mbak Een dan banyak organisasi wanita dan PKK mendapatkan pelatihan membatik yang didukung oleh Pemerintah Kabupaten Blora. Kegiatan pelatihan ini, ditindaklanjuti oleh Mbak Een dengan membuat sebuah bengkel batik, pada awalnya Mbak Een hanya dibantu tiga orang karyawan. Sekalipun tidak mudah menjalankan usaha Batik di Blora, dengan tekun Mbak Een menjalankan usaha ini. Sampai saat ini karyawan Mbak Een berjumlah lima puluh orang.
Kepada reporter Bloranews.com, Mbak Een menyampaikan beberapa kendala dalam pengembangan usaha Batik di Kabupaten Blora. Beberapa kendala yang dialami Mbak Een di awal – awal usahanya antara lain, di Kabupaten Blora sulit mencari bahan baku untuk membuat batik. Tidak banyak sumber daya manusia Blora yang memiliki ketrampilan membatik. Kendala terakhir adalah gaji karyawam pembatik sangat tinggi untuk ukuran Kabupaten Blora.
Seiring berjalannya waktu, kendala – kendala tersebut berhasil ditaklukkan oleh Mbak Een. Saat ini, Batik Blora karya Mbak Een dapat dijumpai di pameran – pameran produk seni Kabupaten Blora, bahkan dalam sebuah eksibisi yang bertaraf nasional.
Sebagai masukkan kepada pemerintah, Mbak Een menyarankan agar Pemerintah Kabupaten Blora mempromosikan Batik Blora dengan langkah yang lebih inovatif, salah satunya dengan memberi nama batik yang menggambarkan ikon Kabupaten Blora. Mbak Een mencontohkan dengan memberi nama Batik Samin sebagai ikon batik Blora.
“ Dengan nama batik samin, ikon Blora akan langsung ngeh di peminatnya. Nama Batik Blora terlalu formal dan terkesan kaku, samin yang telah memiliki nama di kancah nasional akan mendorong dikenalnya nama Batik Samin sebagai ikon batik di Kabupaten Blora “ Jelasnya.
Pengembangan dan pemeliharaan kekayaan intelektual non bendawi merupakan kewajiban setiap generasi penerus. Dengan langkah promosi yang tepat dan pelatihan yang intensif, kerajinan Batik dapat menjadi salah satu kebanggaan Blora, juga sebagai pilihan usaha yang menjanjikan.
Reporter : Joko Priyanto
Fotografer : Aliph Bengkong