KOPI MBAH SAGI, SAJIAN ISTIMEWA PELENGKAP DISKUSI

Mbah Sagi (75), berjualan Kopi Kothok sejak empat puluh tahun yang lalu.

Cepu –  Di tengah jadwal perkuliahan  yang padat, mahasiswa STAI Al Muhammad Cepu punya tempat nongkrong favorit untuk melepas lelah, Warung Kopi Mbah Sagi. Letaknya, didepan gerbang masuk kampus STAI Al Muhammad Cepu. Menurut cerita yang beredar, Mbah Sagi telah berjualan kopi di tempat ini bahkan ketika kampus belum berdiri.

 

Mbah Sagi (75), berjualan Kopi Kothok sejak empat puluh tahun yang lalu.

 

Sekilas, Warung Kopi Mbah Sagi tidak berbeda dengan warung kopi di Cepu pada umumnya. Selain menyediakan Kopi Kothok, Mbah Sagi juga menjual nasi beserta sayur dan lauk pauknya. Salah satu yang membedakan warung kopi ini dengan warung kopi lainnya adalah tema obrolan didominasi materi-materi kuliah dan isu-isu politik daerah terkini. Maklum saja, sebagian besar pelanggan Warung Kopi Mbah Sagi adalah para mahasiswa dan alumni STAI Al Muhammad.

Kopi Kothok bikinan Mbah Sagi, dibuat dari kopi biasa yang digoreng sendiri kemudian digiling di pasar. Cara membuatnya pun tidak banyak berbeda, kopi dan gula direbus hingga mendidih dan kelihatan berbuih. Tidak ada yang berbeda kecuali satu hal, yaitu mantra membuat kopi.

“Ada jopo (mantra)nya, bikin kopi tidak asal plang-plung (asal membuat) bahasa Jawa dan bahasa Arab,” kelakar Mbah Sagi sembari meracik kopi, Jumat (22/09). Meski berkali-kali Bloranews.com mencoba mengorek rahasia mantra dalam membuat kopi, suami dari Jumiati ini berhasil mengelak dan mengalihkan tema.

 Mbah Sagi menceritakan,  banyak pelanggannya yang kini telah berhasil menjadi orang besar. Dia mengenang saat pelanggannya dulu masih kuliah di STAI Al Muhammad Cepu, mereka berdiskusi tentang banyak hal terkait materi-materi perkuliahan dan isu-isu populer daerah.

“Lho, dulu Kirno yang sekarang jadi guru SD kalo ngopi di sini. Ada banyak lah yang sekarang jadi orang besar. Arifin sekarang kerja sebagai pengacara, ada Taufik yang sekarang kerja di Pertamina, Jarman modin Desa Blimbing (Kecamatan Sambong) dan masih banyak yang lain,” kenang Mbah Sagi.

Ahmad Zuberi (26) dan Khoirul Mujab (23), Mahasiswa tingkat akhir STAI Al Muhammad mengaku belum dianggap datang ke kampus kalau belum ngopi di Warung Kopi Mbah Sagi.

“Coba saja, sampeyan ngopi di sini kemudian ngopi di tempat lain, pasti enak ngopi di sini. Sehari ga ke Mbah Sagi, rasanya ada yang kurang. Intinya, belum ngampus kalo belum ngopi di Mbah Sagi,” ujar Zuberi.

Senada dengan kedua mahasiswa tingkat akhir di atas, Ajir, Alumni STAI Al Muhammad generasi awal menuturkan hal yang sama.

“Selain ngopi, di sini juga berdiskusi. Banyak orang-orang hebat yang datang, tak hanya alumni STAI tapi juga para mahasiswa dari kota lain yang mengunjungi Cepu,” komentar Ajir.

Reporter : Arif Syaifuddin