fbpx

MBAH SUJAK PEJUANG RAKYAT BANJAREJO : DARI GEGER PKI SAMPAI AGRESI

Mbah sujak pejuang dari banjarejo
Mbah sujak Banjarejo Blora

Banjarejo ( 05/04/2016 ) Banjarejo memiliki cerita tentang bagaimana para warga pribumi memepertahankan tanah air dari rongrongan tentara penjajah. Para pejuang pribumi Banjarejo sebagian besar gugur dalam pertempuran yang terjadi dan hanya sedikit yang dapat bertahan hidup. Bagi para pejuang pribumi ini, mempersembahkan nyawa bagi tanah air merupakan sebuah kehormatan yang tidak dapat ditukar dengan apapun. Salah satu dari pejuang pribumi tersebut adalah Mbah Sujak ( 80 ) , saat ini beliau tinggal bersama keluarga di dukuh Bangkuk Kecamatan Banjarejo.

Mbah sujak pejuang dari banjarejo
Mbah sujak Banjarejo Blora, Pejuang dalam dua pertempuran di Banjarejo

 

Mbah Sujak lahir di Banjarejo pada 1936, beliau menyaksikan kehidupan masyarakat Banjarejo saat terjadinya beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi di tanah air. Beberapa peristiwa tersebut antara lain, masuknya tentara Jepang ke tanah air ( 1942 ) Euforia Kemerdekaan ( 1945 ) Pemberontakan PKI Pertama ( 1948 / Affair Madiun ) dan Agresi Militer Belanda 2 ( Akhir 1948 – Awal 1949 ). Dalam peristiwa – peristiwa tersebut pejuang Kabupaten Blora berhasil mempertahankan tegaknya Sang Merah Putih sekaligus mempertahankan Pancasila sebagai ideologi negara, sekalipun untuk itu para pejuang harus mengorbankan jiwanya.

Kolonel Sunandar dan Komisaris Polisi Agil Kusumodyo adalah beberapa pejuang yang gugur dalam peristiwa Affair Madiun. Oleh Pemerintah Kabupaten Blora keduanya dibangunkan sebuah monumen di jalan Banjarejo – Randublatung, Monumen tersebut untuk mengenang perjuangan mereka berdua pada peristiwa Affair Madiun.

Monumen / tugu Kolonel Sunandar dan Komisaris Polisi Agil Kusumodyo
Monumen affair madiun 1948 untuk mengenang Kolonel Sunandar dan Komisaris Agil Kusumodyo

 

Mbah Sujak sendiri bergabung bersama pejuang – pejuang rakyat lainnya di wilayah perjuangan Banjarejo. Kepada Bloranews.com, Mbah Sujak menceritakan perjuangannya dalam peristiwa Affair Madiun 1948.

“ Saya berjuang hanya dengan senjata bambu runcing, pada saat itu sulit sekali mendapatkan senapan. Kami, para pejuang bambu runcing melakukan strategi yang diperintahkan saat itu, bertahan. Para tentara merah itu ( Pasukan PKI dari arah Madiun ) adalah bangsa kita sendiri, hanya saja situasi politik di Jakarta saat itu membuat para komunis ini ingin merebut kendali pemerintahan. “ tutur Mbah Sujak.

“ Pemerintahan desa ketika itu ( Affair Madiun ) berada dalam situasi yang berbahaya. Banyak pejabat pemerintah yang menutup identitas pribadi mereka. Hal ini untuk meminimalisir resiko penangkapan oleh tentara merah. Namun, sebagai pejuang pribumi saat itu saya masih mengingat beberapa nama. Diantaranya adalah Pak Srinardi dan Pak Soleman, beliau berdua merupakan komandan / pemimpin perjuangan rakyat saat itu. Beberapa puluh tahun setelah peristiwa tersebut Pak Srinardi menjadi Bupati Blora. “ lanjut Mbah Sujak.

Sekalipun telah menginjak 80 tahun pada tahun ini, ingatan Mbah Sujak masih tajam dan prima. Beliau masing mengingat beberapa nama pejabat pemerintah Banjarejo yang dengan terpaksa menyembunyikan identitasnya. Beberapa dari pejabat pemerintah tersebut antara lain Camat Banjarejo yang bernama Dharmosarono dan Lurah Banjarejo yang bernama Sastrodimedjo. Markas perjuangan rakyat Banjarejo ketika itu berpusat di rumah Bah Ping ( nama seorang keturunan cina yang tinggal di Banjarejo ).Kediaman Bah Ping terletak di kawasan Masjid Baitunnur Banjarejo.

masjid baitunnur banjerejo blora
Komplek masjid baitunnur banjarejo blora, wilayah pertahanan pada peristiwa Affair Madiun 1948

 

Perjuangan Mbah Sujak berlanjut sampai peristiwa Agresi Militer Belanda II. Dalam pertempuran ini, strategi yang digunakan saat itu adalah robohkan dan bumi hangus. Beberapa bangunan yang dirobohkan dan di-bumi hangus-kan adalah rumah – rumah saudagara cina dan bangunan sekolah. Hal ini untuk menghindari dikuasainya bangunan – bangunan tersebut untuk markas musuh. SD Negeri 1 Banjarejo pada masa itu termasuk salah satu bangunan yang dihancurkan oleh para pejuang pribumi.

SDN 1 Banjarejo adalah sekolah dasar negeri yang berada tepat di desa banjarejo kecamatan banjarejo kabupaten blora
SDN 1 Banjarejo pada peristiwa agresi militer belanda II dibumi hanguskan oleh pejuang pribumi

 

SD Negeri 1 Banjarejo dihancurkan oleh pasukan pribumi, kemudian pada tahun 1953 sekolah tersebut dibangun kembali. Masyarakat desa Banjarejo saat itu bergotong royong membangun sekolah tersebut “ ujar Mbah Sujak.

Mbah Sujak, dengan perjuangan yang telah dilakukannya merupakan inspirasi bagi kita untuk bersungguh – sungguh mengisi kemerdekaan yang telah dicapai. Bukan dengan mengangkat senjata, melainkan mengisi kemerdekaan dengan prestasi dan pembangunan.

Reporter             : Mulgiyanto Alvano

Fotografer        : Az Zulf