Blora- Peralihan musim kemarau menuju musim penghujan, bermunculan spesies ulat daun jati di sejumlah kawasan hutan Blora. Dalam dua minggu terakhir, ulat ini muncul di kawasan Blora Selatan, seperti Kecamatan Randublatung dan Jati, Kamis (21/11).
Selanjutnya, spesies bernama latin Hyblaea puera ini akan memakan daun-daun jati sehingga oleh sebagian masyarakat dipandang sebagai hama hutan. Akan tetapi, setelah memangsa daun jati, proses selanjutnya pun berlangsung, ulat daun jati bermetamorfosis menjadi kepompong.
Kepompong daun jati, oleh warga Blora dikenal dengan sebutan ungker. Alih-alih jijik, sebagian warga justru mengkonsumsi kepompong ini untuk dijadikan santapan, atau lauk pelengkap hidangan. Minat warga terhadap kuliner ekstrim ini selalu tinggi.
Di Kecamatan Jati, perburuan Ungker terjadi di kawasan hutan bagian selatan, seperti di kawasan Desa Kemadoh, dan Bangkleyan. Selain dikonsumsi sendiri, para pemburu ungker juga menjajakan kuliner ekstrim ini seharga antara Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu per gelas kecil.
Peneliti dari Institut Pertanian Bogor, Huseini mencatat, selain di Blora, persebaran ulat daun Jati banyak ditemui di pesisir utara Jawa Tengah dan Jawa Timur (1997). Diantaranya di Kabupaten Jepara, Rembang, hingga Bojonegoro yang memiliki kawasan hutan jati yang cukup lebat.
Peneliti lainnya dari perguruan tinggi yang sama, Sulistyorini menyebutkan, kandungan protein pada Ungker lebih tinggi dibandingkan protein yang terkandung pada belalang (2011). Ulat daun jati mengandung 64,11 persen protein, sedangkan belalang mengandung 62,2 persen saja.
Selain disajikan secara tradisional, dengan dimasak sebagai oseng-oseng atau tumis, Ungker juga bisa disajikan menjadi sajian kuliner yang lebih berkelas. Tiga mahasiswa IPB pada 2011 mengenalkan sajian biskuit berbahan dasar Ungker. (jyk)