fbpx

RANGGAWARSITA

Ranggawarsita lahir di Solo, mungkin di tahun 1803, di rumah kakeknya yang terkenal Yasadipura II (Raden Tumenggung Sastranagara) yang terletak di wilayah Pasar Kliwon sebelah timur Keraton. Ayahnya, yang bernama Rangga warsita - seperti namanya di kemudian hari - adalah Panewu Carik (kurang lebih = komisaris utama) di lingkungan Putra Mahkota. Sedikit yang diketahui dengan pasti tentang ayahnya, ada yang mengatakan bahwa ia mengabdikan dirinya secara khusus untuk studi agama, tetapi diasingkan selama pemberontakan Diponegoro.
RANGGAWARSITA

BLORANEWS – Ranggawarsita lahir di Solo, mungkin di tahun 1803, di rumah kakeknya yang terkenal Yasadipura II (Raden Tumenggung Sastranagara) yang terletak di wilayah Pasar Kliwon sebelah timur Keraton. Ayahnya, yang bernama Rangga warsita – seperti namanya di kemudian hari – adalah Panewu Carik (kurang lebih = komisaris utama) di lingkungan Putra Mahkota. Sedikit yang diketahui dengan pasti tentang ayahnya, ada yang mengatakan bahwa ia mengabdikan dirinya secara khusus untuk studi agama, tetapi diasingkan selama pemberontakan Diponegoro.

Ibunya, konon, keturunan dari Pangeran Karanggayam, pujangga kota kuno Pajang.

Beberapa hari setelah kelahirannya, menurut adat Jawa, dia diberi nama: dari ayahnya, ia mendapat nama Raden Bagus Burham, dan dari kakeknya (Yasadipura II) atas visi sebuah mimpi, memberinya nama Ngabdullah Tahir.

Di usia dua tahun dia menjadi anak angkat Pangeran Wijil Kadilangu, keturunan Sunan Kalijaga dan cicit Pangeran Adilangu II, yang dikenal sebagai penulis beberapa karya tentang sejarah Jawa, yang kemudian dimasukkan dalam Babad Tanah Jawa.

Ketika berumur delapan tahun, dia bermimpi aneh, yang mana menurut interpretasi sang kakek kemudian menyimpulkan bahwa Burham muda telah mendapat wahyu kapujanggan, inspirasi ilahiyah yang sangat diperlukan untuk menjadi pujangga sejati, dan juga akan menjadi pujangga panutup, mata kunci dari semua pujangga.

Tak lama kemudian, bersama seorang teman, putra seorang kerabat, dia dititipkan kepada seorang Haji untuk menerima pendidikan ilmu-ilmu agama Islam di salah satu pesantren di Ponorogo yang saat itu berkembang pesat.

Namun, segala sesuatu tidak berjalan dengan baik, hanya sedikit kemajuan yang dia peroleh, dan “karena malu akan kebodohannya” ia segera melarikan diri untuk menjalani kehidupan sebagai pengembara hingga dipertemukan dengan seorang guru yang lain, yang tampaknya lebih memahami karakter Burham.

Tetapi pengembaraan ini akhirnya diketahui oleh Pangeran Wijil Kadilangu, yang membawanya pulang ke kampung halaman di Demak. Pengeran tidak hanya mengajarinya bahasa Arab, tetapi juga memberinya inisiasi ilmu-ilmu Jawa yang sebenarnya: Sastra Jawa, sejarah Jawa, kronologi, dll, menyusuri pantai Utara Jawa (Semarang, Pekalongan) untuk akhirnya kembali ke Solo.

Sesampai di kota kelahirannya, ia mulai dikenal karena pengetahuannya, dan karena dorongan yang begitu besar, memaksanya untuk membaca semua yang ada dalam jangkauannya. Setelah itu dia menunjukkan dirinya cukup piawai dengan perhitungan waktu, suryasengkala maupun candrasengkala. Dia juga sangat tertarik dengan tempat-tempat kuno Jawa: dalam perjalanan melalui Surakarta dan Yogyakarta, dia mengunjungi beberapa candi Hindu dan tempat keramat lainnya, termasuk Gunung Kidul dengan gua yang terkenal, Gowa Langse, dan banyak makam suci. Tahir muda ternyata tidak mampu membaca prasasti yang ditemukan di sepanjang perjalanan itu, maka kemudian dia meminta sang kakek untuk mengajarinya Aksara Buda.

Pada usia sekitar delapan belas tahun ia ditugaskan ke istana Putra Mahkota sebagai panakawan (calon perwira). Tetapi ketika beberapa tahun, dia tidak juga dipromosikan menjadi seorang panewu, pemuda dengan semangat ambisius itu merasa kurang ilmu, itulah sebabnya dia memulai pengembaraan untuk yang kedua kalinya.

Laporan dari mancanegari dan tempat-tempat yang dikunjunginya dalam perjalanan panjang ini sangat bervariasi, menurut beberapa orang, dia dikatakan pernah ke beberapa pelosok nusantara, antara lain Bali, Lombok, Makasar, Banjarmasin dan Aceh, beberapa di antaranya memastikan bahwa ia memperluas pengembaraannya ke Srilangka, tetapi semua setuju bahwa ia melakukan perjalanan hampir ke seluruh Jawa tengah dan Jawa timur, menghabiskan banyak waktu di sana-sini untuk diinisiasi ke dalam ajaran mistik guru-guru spiritual terkenal.

Setelah lebih dari tiga tahun pengembaraan itu, ia kembali ke Solo dengan membawa banyak koleksi catatan perjalanan. Sekitar setahun kemudian ia menikah dengan seorang putri, anak bangsawan Solo yang kemudian diangkat menjadi Bupati Kediri. Ranggawarsita mengikuti mertuanya ke Kediri, di mana ia mengumpulkan banyak naskah kuno Kropak (naskah daun lontar).

Beberapa tahun kemudian, sekitar tahun 1840, ia menetap secara permanen di Solo dan dengan demikian dimulailah masa produktif baginya. Dengan bantuan Sunan Pakuboewana VII, diangkat menjadi panewu carik, dan tak lama kemudian, pada tahun 1844, menjadi kliwon carik dan secara resmi diakui sebagai “pujangga dalem”, atau Pujangga Keraton.

Mungkin satu keinginan yang belum terlaksana, bagaimanapun, adalah menjadi Tumenggung. Konon, maksud itu harus dipendam bersama dengan kepahitan di tahun-tahun terakhir hidupnya. Beliau meninggal pada tahun 1873 (menurut pernyataan lain pada tahun 1875).

Ini adalah data utama dari kehidupan Ranggawarsita. Secara umum segala pujian yang datang bukan hanya tentang bakat sastranya yang luar biasa, tetapi juga tentang keingintahuannya yang langka dan kegigihannya untuk terus belajar. Melalui segala macam cara, di tahun-tahun produktifnya dengan yang penuh kesungguhan dan ketekunan, berusaha untuk memperoleh pengetahuan sebanyak mungkin “dari kitab-kitab”, melalui perjalanan dan pengembaraan, dan, melalui hubungan pribadi dengan semua orang dalam rombongannya, yang dia percayai untuk dapat mempelajari sesuatu, tanpa mengecualikan apakah itu orang Islam, Jawa, Hindu, Keling, Cina atau Eropa.

Tentang penulis: Totok Supriyanto merupakan pemerhati sejarah dan budaya yang kini berkecimpung di Dewan Kebudayaan Blora (DKB).

*Opini di atas merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab Bloranews.com

Verified by MonsterInsights