fbpx

SELAIN MENJADI KAWASAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN, UGM AKAN TANAMI 50 % NON KAYU

desa bangkleyan kec. Jati Kab BLora
Kayu Jati merupakan simbol kemewahan merupakan komoditas utama desa Bangkleyan-Jati

Blora – Sebelumnya Universitas Gadjah Mada (UGM) sudah mengantongi izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Agustus 2016 terkait Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) di wilayah perbatasan Blora-Ngawi sebagai kawasan area pengembangan pendidikan dan pelatihan. (16/01)

 

desa bangkleyan kec. Jati Kab BLora
Ilustrasi : Hutan di Blora selatan.

 

Selain itu pihaknya juga akan mengembangkan wilayah tersebut dalam bentuk Integrated Forest Farming System (IFFS) atau sistem pertanian dan kehutanan secara terintegrasi yang melibatkan masyarakat desa di wilayah hutan.

Dosen Fakultas Kehutanan UGM, Teguh Yuwono menjelaskan, IFFS yang direncanakan itu akan menggunakan konsep Agroforestri atau wanatani yang artinya, nanti yang ditanam di hutan tidak sekadar tanaman kayu, namun juga tanaman jangka pendek misalnya buah-buahan.

“Contoh hutan yang ada cuma jati, kami mau menanam nangka, durian, atau yang cocok dengan lokasi di situ, masyarakat juga berkesempatan disitu akan ada hasil hutan non kayu,” ujar Teguh.

Memang hutan di Blora yang menjadi ciri khasnya adalah tanaman jati, pihaknya tidak akan menghilangkan itu. Hanya saja, ada pengurangan jumlah tanaman jati yang diperuntukkan tanaman lainnya.

“Tidak akan kami hilangkan jatinya, tapi kami kurangi jumlah jati per hektar nya. Kalau Perhutani per hektar ada 1.100 pohon, kami nanti nanam 50 persen saja. 50 persen kami ganti buah-buahan. Masyarakat akan punya tambahan lahan pertanian di hutan,” tegasnya.

Dalam pengembangan tersebut juga akan disediakan tempat pengolahan hasil hutan. Jadi, dalam lingkup hutan yang dikelola UGM lengkap dari hulu hingga hilir. Termasuk pembangunan infrastruktur bagi masyarakat di wilayah hutan tersebut. Baginya, penunjang terkuat dalam program pengembangannya adalah infrastruktur.

Rencana tersebut memakan biaya yang tidak sedikit. Fakultas Kehutanan UGM pun memiliki keterbatasan untuk anggaran. Maka, akan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. 

“Tantangannya UGM banyak keterbatasan, kalau SDM punya banyak tapi anggaran terus terang jadi kendala. Maka kami akan sinergi multipihak,” pungkasnya. (Spt)