Apakah rapor bisa dijadikan tolok ukur hasil belajar? Hal ini mungkin masih menjadi pemikiran sebagian orang tua murid. Orang tua kadang marah terhadap anaknya, gara-gara hasil rapor yang mana di Indonesia masih mementingkan nilai kuantitas daripada kualitas.
Mungkin Negara Finlandia bisa dijadikan pedoman untuk meningkatkan nilai kualitas pelajar di Indonesia. Sistem pendidikan yang digunakan oleh Negara Finlandia mampu menghasilkan pelajar yang memiliki kuantitas dan kualitas yang mumpuni sedangkan di Indonesia menurut saya masih kurang dalam hal kualitas.
Perlukah diadakan rapor khusus untuk nilai kualitas murid? Memang ada kolom nilai kualitas murid tapi masih kurang sehingga memang perlu adanya rapor khusus nilai kualitas sehingga orang tua murid tidak terpaku pada nilai kuantitas saja.
Percuma jika siswa mendapat nilai kuantitas bagus jika didapat dengan cara tidak jujur, percuma juga nilai akademisnya baik namun nilai moralnya tidak baik. Selain dengan menggunakan rapor khusus juga masih ada cara lain yaitu mengadakan pertemuan langsung antara guru dan orang tua siswa agar dapat berkomunikasi dan memantau anak didik guna mendapat nilai kualitatif.
Seperti yang saya singgung di atas mengadakan pertemuan dengan guru merupakan salah satu tolok ukur yang menurut saya sangat bagus karena mengetahui nilai anaknya yang sebenaranya. Sedangkan, rapor yang ada di Indonesia kebanyakan berisi nilai katrolan, jadi tidak murni nilai asli.
Karena, banyak guru yang merasa kasihan terhadap nilai muridnya yang masih kurang. Jadi memang perlu diadakan pengadaan rapor khusus dan pertemuan wali. Seperti itulah mungkin cara yang bisa dilakukan untuk mendapat nilai kualitas seorang siswa.
Penulis: Gadhang Wahyu AL / Warga Kelurahan Kunden-Blora Kota, saat ini menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang (One)
