KISAH PERTEMPURAN ARYA PENANGSANG DAN SUTAWIJAYA

Belum hilang rasa kagetnya dari tipu muslihat Sultan Hadiwijaya tersebut, Arya Jipang dikagetkan oleh Gagak Remang, kuda jantan tunggangannya. Gagak Rimang menjadi liar dan tidak terkendali ketika melihat kuda betina yang dinaiki Sutawijaya. Akhirnya, Arya Jipang terpaksa menyeberangi bengawan sore karena gagak rimang mengejar kuda betina milik Sutawijaya. Ketika baru saja menyebrangi Bengawan Sore, Sutawijaya segera menusuk perut Arya Jipang dengan tombak Kyai Pleret. Arya Jipang terluka, tetapi dengan kesaktiannya ia masih dapat bertahan. Arya Jipang yang sudah terluka bahkan dapat meringkus Sutawijaya. Sekali lagi Ki Juru Mertani mengeluarkan siasat liciknya, ia meneriaki Arya Jipang.

“Jipang kau harus bersikap adil dan bersikap kasatria. Karena Sutawijaya bersenjata tombak Kyai Plered, engkaupun harus membunuhnya dengan pusakamu keris Kyai Setan Kober!”

Mendengar teriakan Ki Juru Mertani yang bernada mengejek Arya Jipang kembali tersulut emosinya, ia merasa diremehkan sebagai seorang kesatria keturunan Sultan Patah Eyang Luhur. Ia lupa bahwa itulah siasat licik Ki Ageng Pemanahan, Ki Penjawi, dan Ki Juru Mertani. Tanpa mikir panjang lagi, Arya Jipang mencabut keris Kyai Setan Kober. Arya Jipang pun lupa bahwa ia terluka dan kerisnya melukainya Ia kesakitan dan jatuh tersungkur dari gagak rimang kudanya. Melihat Arya jipang telah jatuh tersungkur, Ki Ageng Pemanahan, Ki Penjawi, dan Ki Juru Mertani serta Sutawijaya mengira Arya Jipang tewas. Mereka bertiga pun pulang ke Pajang dan membuat laporan palsu ke Sultan Hadiwijaya bahwa Arya Jipang telah mati dikeroyok oleh Ki Ageng Pemanahan, Ki Penjawi dan Ki Juru Martani. Mereka membuat laporan palsu tersebut dengan maksud agar tetap mendapat hadiah bumi mataram dan bumi pati, yang telah dijanjikan oleh Sultan Hadiwijaya dalam pengumuman sayembara.