fbpx

PEMUDA KREATIF, DENGAN RAJUTAN TAS TALIKUR

Tas talikur Karya Anik Rosanti Mirasari Dewi
Tas talikur Karya Anik Rosanti Mirasari Dewi Pemuda Pengkolrejo Kecamatan Japah Foto : Bloranews

Blora – Kreasi kreatif itu benar-benar terwujud ketika talikur (drawstring) berada di tangan Anik Rosanti Mirasari Dewi, warga Dukuh Gabeng, Desa Pengkolrejo Kecamatan Japah, Blora.

Talikur sendiri biasa digunakan untuk tali peluit dan tali sepatu, ternyata bisa disulap menjadi tas tangan yang indah dan menawan. Ketrampilan tas ini, mulai Ia kerjakan secara maksimal sejak tiga pekan yang lalu.

Untuk pengerjaan tas talikur ini mengandalkan keterampilan merajut, jadi bisa dibilang bernilai eksklusif.

“Semua dibuat dengan tangan sendiri, yang pakai mesin cuma saat menjahit bagian dalam tasnya,” kata Anik, ditemui di kediamannya, Sabtu (25/03/2017).

 

Tas talikur Karya Anik Rosanti Mirasari Dewi
Tas talikur Karya Anik Rosanti Mirasari Dewi Pemuda Pengkolrejo Kecamatan Japah Foto : Bloranews

 

Di Blora, pelaku usaha tas rajut sendiri belum begitu banyak. “Selain Kualitas bahan beragam, harganya pun berbeda-beda. Yang jelas membutuhkan ketrampilan dan keuletan,” ujar wanita 22 tahun ini.

Ilmu merajut talikur sendiri, ditularkan dari sepupunya di Kota Solo yang juga memproduksi dirumahnaya, dari situlah ide berkembang.

“Awalnya Cuma ada modal Rp 300.000, membuka usaha ini. Saya gunakan untuk membeli bahan talikur, resleting dan logam pengait,” sambung Anik sapaan akrabnya.

Dari usahanya ini, ia masih kesulitan untuk mencari berbagai warna talikur, yang nantinya dipadukan untuk jadi sebuah tas. Di Blora pun ada beberapa toko yang menjual talikur tetapi belum lengkap.

Model tasnya pun bervariasi, dari kolaborasi bentuk dan warnanya. Saat ini Anik masih banyak belajar untuk merancang model bentuk dan paduan warna tas rajut, agar lebih matching.

”Semua saya kerjakan sendiri. Alhamdulillah dari keluarga mendukung, sehingga bisa nutup biaya tenaga yang dikeluarkan,” pungkas gadis yang aktif dalam kegiatan sosial ini.

Tiap minggu kini ia sendiri mampu memproduksi 3-4 unit tas rajut. Tas-tas yang sudah jadi itu, ia pamerkan di rumah orang tuanya, sambil melakukan promosi di media sosial.

“Pembeli saat ini dari teman-teman yang sudah tau melalui facebook. Kedepan harapannya bisa lebih banyak lagi, berkembang ke masyarakat umum,” ceritanya.

Bahkan, dirinya mengaku saat ini sudah menerima order. “Lebih banyak justru yang order dari teman-teman facebook  dan tetangga. Mereka pesan, saya buatkan sesuai kemauan pemesan,” tambahnya.

Itu pula yang mendasarinya untuk menyediakan sejumlah foto berbagai contoh model tas rajut di akun medsosnya. “Dengan melihat foto ini, pemesan bisa memilih sesuai selera,” kata Anik, sembari memperlihatkan foto-foto model tas.

Pembeli tas rajut talikur beragam, dari kalangan anak-anak muda hingga ibu rumah tangga. Harga tas rajut karya Anik ini beragam, sesuai ukuran serta tingkat kesulitan saat membuatnya.

Kendati cukup banyak peminatnya, dia belum memiliki karyawan. Ini karena Anik lebih banyak mengerjakan sendiri pekerjaan merajut. “Sekarang masih mengajari ibu dan adik saya untuk mengerjakan yang mudah-mudah saja, sedang yang relatif sulit saya kerjakan sendiri,” ungkapnya.

Karena lebih banyak dikerjakan sendiri, Anik tidak bisa memproduksi secara massal. “Satu tas memerlukan waktu beberapa jam, itupun kadang gak bisa jadi satu hari sampai beberapa hari baru jadi,” tuturnya.

Alhasil, omzet belum terlalu besar. “Saya tidak pernah menghitung omzetnya dulu. Yang paling penting karya ini bisa saya tularkan ke orang-orang disekitar dan bisa dimanfaatkan orang,” imbuh Anik.

Yang jelas, harga satu tas berkisar ukuran kecil antara Rp 90.000 hingga Rp 130.000, ukuran sedang  Rp 130.000 hingga Rp 180.000, ukuran besar Rp 180.000 hingga Rp 270.000.

Kedepan, ia ingin mengembangkan usahanya ini dengan menambahkan modal. Selain itu juga, ia memerlukan tenaga untuk mengerjakan ketrampilan tangan ini, agar lebih banyak produksinya.

“Saya sedang berusaha mengajarkan ketrampilan ini ke teman-teman, apalagi ibu rumah tangga. Biar ada penghasilan lain,” harap Anik diakhir pembicaraan.

Reporter : Ngatono