fbpx
Adv  

SEDEKAH BUMI DUKUH PLOSOREJO MEMBALUT TRADISI DAN RELIGI

Sedekah Bumi Desa Plosorejo.

Blora, BLORANEWS – Tradisi hajatan sedekah bumi di dua sumur dilakukan oleh warga Dukuh Plosorejo, Desa Ngampel, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Jumat (16/6/2023).

Hajatan yang dihelat dalam suasana sedekah bumi setiap tahun itu dilakukan warga dengan cara berkumpul membawa makanan tradisional dan nasi disertai aneka bumbu atau lauk di kompleks dua sumur, yakni di Sumur Kulon dan Sumur Waru.

Ke dua sumur itu, berdasarkan cerita warga adalah peninggalan leluhur yang telah berjasa membuat sumur gowok di bawah pohon sehingga sumber airnya bisa mencukupi untuk kebutuhan warga setempat.

Sehari menjelang hajatan sedekah bumi di dua sumur, warga Plosorejo sibuk menyiapkan bahan hingga memasak makanan tradisional serta aneka kuliner lainnya.

Makanan tradisional yang dibuat antara lain pasung, dumbeg, bogis dan jadah, tape yang dibuat dari bahan beras ketan dibungkus daun ploso. Sedangkan buahnya adalah pisang.

Hajatan dilakukan bergantian di dua sumur pada hari yang sama dengan dipimpin oleh pemuka agama (modin) Desa Ngampel yakni Ahmad Soleh untuk berdoa memohon keselamatan dan bersyukur atas limpahan rejeki serta hasil bumi bagi warga setempat. Di kedua lokasi itu, modin menggelar tahlil dan doa yang diikuti oleh semua warga yang datang.

Antara tradisi dan nuansa religi melekat sejak dahulu hingga sekarang. Yang menarik, hajatan dilaksanakan oleh warga di tempat yang dipercaya secara turun-temurun memiliki nilai sejarah tentang asal mula adanya pedukuhan atau desa yang kini ditempati dan digelar doa bersama menurut agama Islam.

“Hajatan pertama dilakukan di Sumur Kulon. Setelah itu dilakukan di Sumur Waru, kita gelar tahlilan dan doa, memohon keselamatan, kesehatan, keberkahan rezeki kepada Allah,” kata Modin Ahmad Soleh.

Lokasinya berbeda, kalau Sumur Kulon berada tak jauh dari pemukinan warga, sedangkan Sumur Waru berada di area sawah pertanian, lebih kurang satu kilometer dari pemukiman warga.

“Meski lokasinya berbeda tapi dilaksanakan pada hari yang sama. Warga antusias ikut hajatan dengan membawa makanan tradisional,” tambahnya.

Di masing-masing lokasi hajatan, lanjutnya, para warga mengumpulkan aneka makanan yang dibawa. Ada yang digelar dengan alas layar, ada juga yang digelar dengan alas daun jati.

“Setelah didoakan, warga saling berbagi dan bertukar makanan. Warga luar dukuh yang ikut hajatan juga mendapat bagian,” ujarnya.

Tidak hanya itu, warga setempat juga mengundang sanak famili dan kerabat serta teman kerja untuk datang menikmati makan bersama di rumah mereka.

“Ini tradisi yang sudah turun temurun, saya undang teman kerja untuk menikmati makan masakan ala desa yang telah disiapkan oleh istri,” kata Sali, salah seorang warga Dukuh Plosorejo.

Diperoleh informasi, sumur kulon (gowok) di bawah pohon jati peninggalan Mbah Gawi, salah seorang yang dipercaya sebagai leluhur yang berjasa di Dukuh Plosorejo.

“Air dari sumur itu diambil oleh warga untuk mandi, mencuci dan minum ternak. Sumur Kulon ada dua lobang gowok. Hingga kini masih asli dan menjadi petilasan,” tambah Sali.

Lain halnya dengan Sumur Waru, airnya lebih jernih dan dimanfaatkan warga untuk kebutuhan minum setelah direbus.

“Hanya saja, air dari kedua sumur itu sekarang ini jarang dimanfaatkan warga karena sudah ada aliran air yang dikelola langsung ke rumah warga melalui pipanisasi yang dialirkan dari sumber air Desa Plantungan, asal-usul Sumur Waru sendiri kurang paham, saya kecil hingga sekarang sudah ada,” katanya.

Meski demikian, air sumur menjadi cadangan alami ketika musim kemarau tiba dan aliran air pipanisasi mulai diberlakukan giliran karena debit air dari sumber mata air surut. (Dinkominfo Blora).

Verified by MonsterInsights