fbpx

TJHIE TJAY ING DARI JEPON (1935 – 2016) : MELAWAN DISKRIMINASI DENGAN MENULIS

Tjie Tjay Ing lahir di Jepon Kabupaten Blora pada 26 Maret 1935.

Blora – Selain menekan warga keturunan Tionghoa untuk berganti nama yang berlafal Indonesia dan melarang pendirian tempat ibadah bagi penganut Konghucu. Pemerintah Orde Baru (Orba) juga melarang penganut Konghucu juga mencantumkan agama mereka di kolom agama pada KTP.

Hal ini merupakan bentuk penerapan dari Instruksi Presiden nomor 14 tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat.

Akibatnya, tidak sedikit penganut Konghucu berganti agama ke salah satu agama resmi yang diakui pemerintah.

Tjie Tjay Ing melawan kebijakan diskriminatif ini dengan mengetik sendiri agama Konghucu di KTP-nya. Tjhie Tjay Ing lahir di Blora, tepatnya di Kecamatan Jepon pada 26 Maret 1935.

 

Tjie Tjay Ing lahir di Jepon Kabupaten Blora pada 26 Maret 1935.

 

Sebagai pengagum maestro sastra kelahiran Blora Pramoedya Ananta Toer, Tjhie memilih cara damai untuk melawan kebijakan diskriminatif Orba, yakni, dengan tulisan.

Tjhie tak gentar menyebarkan ajaran Konghucu melalui majalah Suara Kung Chiao. Aktivitas ini dilakukannya sejak tahun 1956.

Tjhie bahkan, dengan sengaja membubuhkan kata sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu Syarif Thayib dalam kalender dan buku pelajaran yang mengandung konten ajaran Konghucu. Akibatnya, Orba membidik Matakin sebagai dalang dibalik peristiwa ini.

Untuk melindungi keselamatan Tjhie Tjay Ing, Ketua Matakin saat itu Kwi Kwa An menegaskan dirinyalah yang berinisiatif membubuhkan kata sambutan menteri di kalender dan buku tersebut.

Kwi Kwa An kemudian dijatuhi hukuman kurungan selama enam bulan melalui proses peradilan di Pengadilan Negeri Surakarta.

Dihukumnya Ketua Matakin, tak membuat perlawanan Tjhie Tjay Ing terhenti. Tjhie terus bergerak memperjuangkan eksistensi agama Konghucu di tanah air.

Pada dekade ’80-an, Tjhie melakukan perjalanan spiritual ke negara di kawasan asia timur untuk memperdalam ajaran Konghucu.

Di negara Hongkong, RRC dan Taiwan, Tjhie juga melakukan penggalangan dukungan untuk perjuangan eksistensi dan pengakuan Konghucu di Indonesia.

Penyunting : Sahal M.